Tahun 1983 Tengah Hari di Singkut Seperti Senja

‎rasa kaget muncul ketika tiba-tiba cuaca yang terik berubah menjadi gelap

Penulis: Awang Azhari | Editor: bandot
Stellarium
Ilustrasi: pemandangan langit saat gerhana matahari total pada Rabu (9/3/2016) pagi dari Ternate. 

TRIBUNJAMBI.COM - Fenomena gerhana matahari total (GMT) yang akan berlangsung Rabu (9/3) mendatang menjadi kabar hangat yang menyita perhatian banyak pihak.

semua daerah yang dilalui oleh GMT mempersiapkan diri sebaik mungkin menyambut kejadian langka itu.

Terutama dalam menyambut para wisatawan.

Beruntung Provinsi Jambi menjadi satu diantara beberapa daerah yang dilalui GMT, namun ‎tak semua wilayah di Provinsi Jambi bisa menikmati fenomena ini.

Titik ideal untuk melihat matahari secara total oleh tertutup bayangan bulan cuma di Kecamatan Singkut, Kabupaten Sarolangun.

Tak ayal, diprediksi kecamatan yang menjadi pembatas antara Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan ini akan kedatangan banyak 'tamu' ‎yang ingin menyaksikan GMT.

Tak banyak yang tahu, bahwa ternyata masyarakat di Singkut juga pernah menjadi saksi fenomena serupa, di mana matahari tertutup total.

Dirunut jauh ke beberapa puluh tahun silam, tepatnya 11 Juni 1983, GMT pernah melintas di langit Singkut.

Seorang warga Simpang Siliwangi, Desa Bukit Tingo, Singkut, Nurmi bercerita, ‎ketika itu kabar soal gerhana matahari tak sehangat saat ini. Namun demikian, ‎rasa kaget muncul ketika tiba-tiba cuaca yang terik berubah menjadi gelap.

"Saya ingat sekali waktu itu di rumah (Jalan Siliwangi) lagi mencukur rambut suami, sekitar jam 11 siang, tiba-tiba cuaca menjadi gelap," katanya.‎

Namun kegelapan itu bukan berarti seperti tengah malam, hanya semacam lepas senja, yang membedakan saat gerhana terjadi tak ada cahaya kemerahan di langit seperti senja biasa.

"Gelapnya itu persis seperti waktu magrib, tapi tidak ada sama sekali sinar matahari, tidak nampak cahaya kemerahan-kemerahan matahari," ‎lanjut Nurmi.

Dan menariknya, dalam penyambutan gerhana 1983 di Singkut tak seperti cerita yang banyak beredar di mana pemerintah meminta agar warga berada di dalam rumah.

Ketika itu, menurutnya masyarakat bebas berada di luar melihat fenomena tersebut tanpa ada yang melarang atau meminta masuk untuk bersembunyi.‎

"Itu kan kejadiannya sebentar, seingat saya cuma sekitar lima menit. ‎Masyarakat biasa saja, yang di rumah keluar melihat, tidak ada larangan," katanya. 
‎ ‎

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved