Inflasi

Inflasi Bisa Tinggi karena Tekanan Harga Pangan

Gejolak harga yang terjadi di awal tahun 2016 menunjukkan bahwa pemerintah sedang kewalahan

Editor: Fifi Suryani
zoom-inlihat foto Inflasi Bisa Tinggi karena Tekanan Harga Pangan
TRIBUNJAMBI/KURNIA PRASTOWO ADI
Cabai yang ikut menyumbang angka inflasi

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Gejolak harga yang terjadi di awal tahun 2016 menunjukkan bahwa pemerintah sedang kewalahan mengendalikan harga pangan. Betapa tidak, ketika harga komoditas dunia turun yang didorong merosotnya harga minyak dunia, komoditas pangan kita malah mengalami kenaikan.

Anomali ini tentu menjadi pertanyaan banyak pihak. Meskipun di awal tahun pemerintah menurunkan harga sejumlah komoditas energi seperti bahan bakar minyak dan listrik. Toh itu semua tidak memberikan efek yang signifikan dalam menekan harga pangan di pasar.

Ekonom Samuel Aset manajemen lana Soelistyaningsih memperkirakan laju inflasi Januari akan berada di level 0,65%, atau jika dilihat secara year on year akan berada di level 4,28%. Kondisi ini seharusnya tidak terjadi, apalagi jika dilihat dari siklusnya Januari biasanya periode inflasi rendah.

"Ini karena tekanan harga pangan," kata Lana, Minggu (31/10).

Menurutnya, yang harus dilakukan pemerintah tidak cukup dengan menurunkan harga BBM dan listrik saja. Sebab, kenyataannya kebijakan itu tidak lantas membuat tarif transportasi ikut turun.

Begitu pun halnya menurut ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual. David bilang, pemerintah telah gagal menjaga harga pada level yang wajar. Terutama, dalam menjaga pasokan pangan seperti beras, daging sapi, daging ayam, telur dan jagung.

Sumber masalahnya ada di manajemen stok yang tidak sinkron antara kebutuhan pasar dan persediaan. Pemerintah selalu terlambat dalam memutuskan impor, akibatnya ekspektasi yang sudah terjadi di pasar sulit dikembalikan.

Memang, ekspektasi adalah salah satu faktor yang harus dijaga selain persediaan itu sendiri. Ekspektasi ini muncul tidak hanya karena kebijakan impor tadi, tetapi isu yang berkembang di masyarakat.

Salah satu contohnya adalah isu pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi daging sapi. Meskipun akhirnya pemerintah menarik kembali aturan tersebut, pasar sudah terlanjur memasang harga lebih.

Jika kondisi seperti ini dibiarkan jangan harap pemerintah bisa menjaga target inflasi sesuai dengan asumsi makro dalam APBN tahun 2016 sebesar 4,7%.

Sementara itu beberapa ekonom lain juga memperkirakan laju inflasi cukup tinggi. Josua Pardede, ekonom Bank Permata memperkirakan inflasi akan berada di level 0,72%.

Sementara ekonom lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia latif Adam proyeksinya berada di level 0,65%. Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) AGus Martowardojo juga memperkirakan inflasi sebesar 0,75%.

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved