Ahok: Yang Kurang Itu Pengetahuan

Masyarakat Ekonomi Asean membuat banyak bidang di pemerintahan harus siap dengan konsekuensi persaingan internasional.

Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Nani Rachmaini

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Jaka HB

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Masyarakat Ekonomi Asean membuat banyak bidang di pemerintahan harus siap dengan konsekuensi persaingan internasional. Namun masih banyak kendala yang dihadapi terutama bagi
pramuwisata di Jambi terkait bidang wisata Jambi sendiri.

Hal ini dirasakan oleh Ahok selaku Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Jambi. Pria yang berdomisili di Desa Muaro Jambi ini mengatakan yang paling kurang di Jambi adalah informasi dan pengetahuan.

“Yang jadi kelemahan kito tu sekarang untuk para pemandu memang pengetahuan,” katanya.

Seorang pramuwisata menurut Ahok harus bisa mencairkan suasana baik dengan bercerita suasana hingga sejarah wisata yang dikunjunginya. Hanya saja informasi soal tempat pariwisata di Jambi tidak mendukung.

Selain informasi penunjang pengetahuan pramuwisata di Jambi, penguasaan bahasa pramuwisata Jambi juga menurutnya sangat dibutuhkan. “Sedikit sekali yang bisa bahasa Inggris. Ada yang luas pengetahuannya tapi tidak bisa bicara dalam bahasa Inggris, ada pula bahasa lain seperti mandarin yang diperlukan di Muaro Jambi,” ungkapnya.

Selain itu Ahok juga menyinggung ketika menghadapi MEA para pramuwisata di Jambi membutuhkan lisensi. “DI Jambi baru tahun ini ada,” katanya.

Menurutnya semua stake holder di Jambi mulai dari Asita hingga PHRI (Persatuan Hotel Republik Indonesia) Jambi dan lainnya sebaiknya terintegrasi. “Bahkan untuk infrmasi objek wisata di bandara juga diperlukan,” ungkapnya.

Kerjasama seperti antara pramuwisata dan hotel misalnya, menurut Ahok juga turut menaikkan promo wisata Jambi.

Ahok pernah melakukan survei di bandara. Banyak turis yang kemudian dibawa oleh angkutan umum atau travel hanya diantarkan begitu saja. Supir tidak bisa menjelaskan kemana wisata yang menarik. “Tahunya Cuma
mengantar dan mendapatkan uang,” ungkapnya.

Hal ini juga dianggap sangat mendesak oleh Lukman Tanjung selaku ketua Couchsurfing Jambi.Masalah tenaga wisata juga menurutnya penting bisa berbahasa Inggris.

"Seperti misalnya di Museum Siginjai. Menurutnya pengetahuan di sana cukup lengkap terkait Jambi. Namun, sampai disitu kendalanya kurang komunikasi karena pemandunya kurang dan khususnya yang bisa berbahasa
Inggris," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved