Natal dan Tahun Baru 2016
Waspadai Lonjakan Harga selama Natal dan Tahun Baru
Pantun Bukit pengamat Ekonomi Universitas Batanghari menyampaikan tingginya perputaran uang selama libur
Penulis: hendri dede | Editor: Fifi Suryani
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Hendri Dede Putra
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Pantun Bukit pengamat Ekonomi Universitas Batanghari menyampaikan tingginya perputaran uang selama libur natal dan akhir tahun baru disebabkan konsumsi masyarakat meningkat saat liburan dibanding bulan biasanya.
Di samping tingkat belanja, aspek lain dipicu oleh realisasi anggaran proyek ABPD/APBN yang cenderung naik akhir tahun. Katakanlah pada November baru 70 persen pada Desember bisa meningkat lagi realisasinya, ini ikut membuat naiknya perputaran uang.
Akan tetapi yang patut menjadi catatan pada momen libur natal dan tahun baru tentunya masyarakat tidak berlaku konsumtif, seperti berbelanja atau liburan. Harus mencermati kondisi perekonian kita saat ini, harga komoditas unggulan belum stabil di pasaran. Sehingga tren prilaku yang cenderung lebih konsumtif, bisa juga menyebabkan harga barang seringkali melonjak. Untuk itu masyarakat maupun keluarga perlu mengelola sumber penghasilan yang tepat pada siklus tahunan ini.
"Kita berharap masyarakat realistis dalam hal keuangan mereka, di tengah ekonomi melemah, komoditi yang masih rendah," katanya
Menurut Pantun Bukit seharusnyanya kita lebih melihat kebutuhan yang wajar buat konsumsi. Karena hampir secara keseluruhan masyarakat ingin berbelanja, sehingga barang cendrung naik. Seharusnya rencanakan pengeluaran sehari-hari dan batasi jumlah pengeluaran dengan mengkalkulasi pendapatan yang diterima serta kewajiban-kewajiban yang tetap harus disisihkan. Idealnya penghasilan diatas pengeluaran, kalau ini bisa dilakukan maka akan ada savingnya. Kalau penghasilan nampaknya sulit dinaikkan. Kembali bagaimana menurunkan pengeluaran, salah satu trik adalah menghindari pengeluaran yang sifatnya hanya memenuhi keinginan, sekunder atau tersier. Sebaiknya pengeluaran yang benar-benar untuk kebutuhan primer.
"Tapi kita yakin masyarakat juga pintar memilah mana kebutuhan priotas dengan tidak berlaku konsumtif dengan kondisi saat ini," jelasnya.