Eksklusif Tribun Jambi

Butuh Puluhan Tahun untuk Capai Panjang 10 Cm

Lambannya pertumbuhan Taxus Sumaterana (Camara Sumatera-red), dan sulitnya melakukan budidaya,

Penulis: edijanuar | Editor: Fifi Suryani

TRIBUNJAMBI.COM, KERINCI - Lambannya pertumbuhan Taxus Sumaterana (Camara Sumatera-red), dan sulitnya melakukan budidaya, membuat peneliti khawatir keberadaan tanaman ini. Dikhawatirkan flora yang dipercayai mampu menyembuhkan kanker ini akan mengalami kepunahan.

Peneliti dari Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman, Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Eka Novriyanti PhD mengatakan, Taxus sangat rawan mengalami kepunahan.

Menurut Eka yang melakukan penelitian tujuh tumbuhan lokal langka, termasuk Taxus, untuk mencapai panjang 10 sentimeter saja, membutuhkan waktu selama puluhan tahun.

Selain itu, dari hasil penelitian yang dilakukannya di sekitar Gunung Kerinci, dari tumbuhan Taxus yang ditemukan, tidak terdapat anakan. "Taxus tumbuhan berumah dua, jantan dan betinanya terpisah. Sangat lambat tumbuh," kata perempuan berjilbab ini.

Hal inilah yang menyebabkan populasi taxus menjadi rawan. Apalagi ada kepercayaan masyarakat, bahwa taxus ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit, sehingga warga berdatangan mencarinya ke hutan.

Agar tidak punah masyarakat bisa ikut melakukan budidaya taxus, sehingga tidak hanya mengandalkan apa yang ada di hutan saja. "Sudah ada yang coba melakukan budidaya, bisa dari biji dan juga bisa dari stek batang," jelasnya.

Tapi budidaya taxus dikenal sulit seperti diakui Ipson, petugas humas Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Dia mengatakan, beberapa petugas TNKS sudah mencoba melakukan budidaya, namun gagal.

"Kedepan mungkin akan ada upaya agar masyarakat bisa ikut melakukan budidaya taxus. Petugas kita sendiri sudah mencoba melakukan budidaya, tapi hasilnya malah gagal. Ini menandatakan, bahwa taxus sulit dikembangkan," tegasnya.

Petugas Balai Besar TNKS, Danuri, mengatakan sejauh ini memang belum dilakukan pemetaan secara keseluruhan. Pihaknya baru melakukan penghitungan di wilayah Kerinci utara (Gunung Kerinci dan Danau Gunung Tujuh).

"Memang saat ini penemuan Taxus Sumaterana di kawasan TNKS, hanya di Gunung Kerinci dan Danau Gunung Tujuh saja. Sedangkan untuk daerah lain, belum dilakukan penelitian," sebut Danuri.

Penghitungan lanjutnya, menggunakan sistim petak. Setiap petak ditemukan satu batang pohon taxus sumaterana. "Kalau secara keseluruhan lebih dari 100 pohon yang sudah kita temukan," tambahnya.

Kepala Seksi Wilayah I, BB TNKS, Agusman, mengatakan apa manfaat taxus masih dalam penelitian. Namun demikian, agar keberadaan taxus tidak terancam, pihaknya akan mengupayakan perlindungan semaksimal mungkin.

"Kedepan, jika manfaatnya sudah jelas, kita mempersilakan taxus itu dimanfaatkan, namun bukan taxus yang berada di dalam TNKS, namun taxus yang dibudidayakan di luar kawasan," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved