Minyak Dunia Menunggu Sentuhan OPEC
Harga minyak melanjutkan pelemahan di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan semakin besar.
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA. Harga minyak melanjutkan pelemahan di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan semakin besar.
Venezuela memprediksi harga minyak dapat menyentuh pertengahan US$ 20 per barel jika Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak mengambil tindakan untuk menstabilkan harga.
Mengutip Blomberg, Senin (23/11) pukul 12.32 WIB harga minyak kontrak pengiriman Januari 2016 di New York Merchantile Exchange turun 1,9% dari sehari sebelumnya di US$ 41,08 per barel.
Dalam sepekan terakhir, harga minyak telah tergerus 4%.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menilai Arab Saudi akan mempertimbangkan banyak hal dalam mengambil keputusan.
Salah satunya yakni cadangan devisa negara Arab kini sudah semakin menipis akibat merosotnya harga minyak.
“Bila Arab Saudi tidak memangkas produksi, maka dikhawatirkan negara tersebut akan menghadapi krisis pada tahun depan,” paparnya.
Ancaman kenaikan pasokan dari Iran dan Indonesia akan menjadi pertimbangan bagi negara – negara angota OPEC.
Di samping Iran, kemungkinan Indonesia kembali bergabung menjadi anggota OPEC dapat semakin menambah pasokan global.
“OPEC akan mempertimbangkan apakah tetap mmepertahankan atau memangkas produksi,” imbuh Deddy.
Di luar itu, produsen minyak di luar OPEC yakni Amerika Serikat (AS) pun mulai membatasi produksi.
Hal ini terlihat dari jumlah rig pengeboran AS yang terus menurun.
Pekan lalu, jumlah rig AS kembali turun 10 unit hingga menjadi 564 unit.
Penurunan jumlah rig mengindikasikan adanya upaya AS untuk menjaga harga minyak tetap di atas US$ 40 per barel.
“AS memiliki kepentingan untuk menjaga harga minyak agar shale oil AS tetap terjaga nilai ekonomisnya,” ujar Deddy.
Deddy menilai pergerakan harga minyak hingga tergantung pada hasil pertemuan OPEC bulan depan.
Namun pasar minyak masih defensive hingga akhir tahun dengan pergerakan harga di kisaran US$ 40 – US$ 50 per barel.