Bandara Jambi Rugi Miliaran Rupiah
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI-Akibat bencana kabut asap, kegiatan penerbangan di bandara Sultan Thaha Jambi dapat
Penulis: Heri Prihartono | Editor: ridwan
Laporan wartawan Tribun Heri Prihartono
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI-Akibat bencana kabut asap, kegiatan penerbangan di bandara Sultan Thaha Jambi dapat dikatakan lumpuh selama dua bulan terakhir. Meski tetap dibuka seperti biasa, namun tak ada penerbangan sama sekali. Akibat bencana ini, pihak bandara mengaku rugi miliaran rupiah.
Kepala Unit Operasi Bandara Sultan Thaha Jambi Parolan Simanjuntak, kepada Tribun, Kamis (22/10) menyatakan pada September pesawat yang beroperasi hanya 32 penerbangan, dengan pembatalan sebanyak 550 penerbangan sedangkan di bulan Oktober sama sekali tak ada penerbangan jarak pandang yang berada di bawah standart minimal pendaratan 2.300 meter. Sehingga jika ditotal hingga Rabu (21/10) sebanyak 1.060 penerbangan.
"Dari estimasi penumpang minimal rata-rata bandara kehilangan 1.500 penumpang per hari. Sehingga kerugian sejak September hingga saat ini totalnya Rp 2,5 hingga Rp 3 miliar," ujar Parolan.
Meskipun demikian bandara tetap dibuka, karena bandara hanya bisa tutup dengan syarat dalam keadaan emergenci antara lain, sarana dan prasarana mengalami gangguan (incident dan accident). Sedangkan kabut asap masih dalam karena post meajure atau faktor alam sehingga masih tetap dibuka dari sisi pelayanan.
Ditambahkannya, pada tahun lalu jumlah penumpang mencapai 1,3 juta orang. Sedangkan pada tahun sekarang ditargetkan lebih. Namun karena cukup lama lumpuh, dikhawatirkan target tersebut tak bisa terpenuhi.
Biro Travel Terimbas
Lumpuhnya penerbangan di bandara Sultan Thaha Jambi pun berdampak pada biro jasa perjalanan yang menawarkan perjalanan melalui jalur udara. Angkasa Tour and Travel misalnya, yang terkena imbas akibat lumpuhnya penerbangan.
"Sekarang keadaannya dengan lumpuhnya penerbangan, apa yang mau kita tawarkan" ujar Adrir.
Usahanya mulai terganggu dampak kabut asap mulai juli lalu sehingga ada penurunan omzet hingga 60 persen.
Dampak kabut asap tak hanya tak ada penerbangan di bandara tapi dampak ke ekonomi masyarakat membuat minat mereka untuk berpergian berkurang dan berdampak pada pembelian tiket pesawat.
"Akhirnya kita nyari cara supaya bertahan dengan nutup kerugian melalui subsidi silang," jelas Adrir.
Ia berharap ada itikad dari pemerintah sebagai bentuk keseriusan penanganan kabut asap. (har)