Pertumbuhan Ekonomi
Pesimisme Ekonomi Negara-negara G20
Pertemuan negara-negara G-20 di Turki pada akhir pekan lalu ternyata membawa pesimisme bagi Indonesia.
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Pertemuan negara-negara G-20 di Turki pada akhir pekan lalu ternyata membawa pesimisme bagi Indonesia. Dari pertemuan yang diikuti para menteri keuangan dan Gubernur Bank Sentral tersebut, terlihat adanya pesimisme yang besar dari negara G-20 seputar pertumbuhan ekonomi global tahun ini.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan, hampir semua negara anggota G20 sepakat bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya di kisaran 3,2%, lebih rendah dibandingkan tahun lalu 3,4%. Padahal angka pertumbuhan ekonomi global tahun lalu itu sudah tergolong lambat.
Pertumbuhan ekonomi global didorong oleh adanya perbaikan ekonomi Amerika Serikat. Namun normalisasi kebijakan melalui kenaikan suku bunga acuan The Fed masih penuh ketidakpastian. Hal ini telah berdampak kepada hampir semua negara, terutama negara berkembang.
Selain itu, kebijakan Pemerintah dan Bank Sentral China mendorong ekspor dengan devaluasi mata uang yuan, kian memperburuk ekonomi. Negara anggota G-20 pun yakin harga komoditas sulit mengalami perbaikan.
Dengan kondisi itu, kata Bambang, outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2015 hanya akan ada di atas 4,7%, tanpa menyebutkan angka pasti. Outlook ini lebih rendah dari proyeksi pemerintah sebelumnya yang yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 di 5%-5,2%.
Sedangkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015, pertumbuhan ekonomi di asumsikan sebesar 5,7%. "Sumber pertumbuhan di sisa empat bulan ini hanya dari belanja pemerintah dan investasi," kata Bambang, Rabu (9/9). Bambang yakin, penyerapan belanja negara hingga akhir tahun mencapai 96%.
Sampai akhir pekan lalu, realisasi belanja pemerintah baru mencapai 53% dari total Rp 1.984,1 triliun. Rinciannya, dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU dan Pera) telah membelanjakan anggaran 33,51% dari pagu Rp 118,5 triliun. Kementerian Perhubungan sebesar 20% dari pagu Rp 64,9 triliun. Dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru menyerap 10,8% dari pagu Rp 15,1 trilun. Agar belanja lebih cepat, lelang proyek tahun depan akan dilakukan akhir tahun 2015.
Ekonom Bank BCA David Sumual memperkirakan, pertumbuhan ekonomi 2015 hanya 4,9%, karena belanja anggaran pemerintah kurang berjalan optimal. "Jika tidak, hanya 4,7%," kata David.
Sementara Ekonom Universitas Atma Jaya A Prasetyantoko bilang, belanja pemerintah hanya berperan 9% untuk mendorong ekonomi. Sehingga belanja pemerintah harus dibarengi dengan dorongan investasi agar efektif.