Kredit Perbankan

Praktik Mengakali Data BI Checking Merebak di Jambi

Praktik mengakali data BI checking merebak di Jambi. Sehingga debitur nakal bisa tetap

Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Fifi Suryani
Net
Ilustrasi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Praktik mengakali data BI checking merebak di Jambi. Sehingga debitur nakal bisa tetap mendapatkan kucuran kredit dari perbankan. Modusnya, dengan bantuan petugas kredit, mereka mengubah data isian BI checking.

BI checking biasa menjadi rujukan rekam jejak seorang debitur saat mengajukan kredit ke bank. Alhasil, meski menunggak kredit di bank, debitur itu tetap bisa cair pinjamannya ke bank lain, terutama ke Bank Perkreditan Rakyat. Dalam aksinya, debitur nakal dan petugas kredit itu mengakali belum terintegrasinya BI checking di sejumlah BPR akibat belum online.

Sehingga tak jarang, demi meloloskan pengajuan kredit debitur, petugas kredit (AO) dari BPR bersangkutan membantu melicinkan pengajuan kreditnya. Informasi yang terhimpun Tribun, dari sejumlah AO di BPR di Jambi, mereka biasanya membantu calon debitur dengan mengubah data di BI Checking.

AO tadi, melakukan pengubahan data lantaran BPR tempatnya bekerja belum online sistem BI checking-nya. Sebut saja, si Fulan nama samaran. Dia mengaku, BPR tempatnya bekerja belum menerapkan BI checking online. Sepengetahuannya, sejumlah rekan kerjanya sering mengubah BI checking calon debitur yang memiliki collect banyak.

"Misalkan BI Checking belum online kan, kita minta calon konsumen itu minta data hard copy BI checkingnya ke Bank Indonesia," jelasnya. Sesudah mendapat hard copy BI Checking berbentuk lembaran kertas, selanjutnya kertas data BI Checking tadi diberikan ke AO bank untuk diubah dengan cara discan dan diedit menggunakan komputer.

"Bila terlalu banyak collect-nya, itu yang baru kita edit. Tapi kalo collect-nya nggak banyak nggak diubah biasanya lolos pengawasan bank kita," tuturnya.

Saat ditanya apakah dirinya sering juga melakukan pengubahan itu, dia menjawab dirinya belum pernah menerima dan mengubah BI checking calon debitur.

Akan tetapi, informasi praktik itu diketahuinya dari sejumlah AO lain yang sering ditemuinya. Berbeda dengan si Fulan, seorang AO bank perkreditan lainnya mengaku malah telah melakukan praktik itu berkali-kali.

Sebut saja si Fulani, juga nama samaran, yang bekerja di BPR di Kota Jambi. Dia mengaku telah beberapa kali mengedit collect BI Checking calon debitur yang didapatnya.

Pengubahan data dijelaskannya, demi menembus target yang dipatok BPR dalam sebulan. Sebagai AO, dia mengaku sebulan harus bisa mencairkan dana kredit Rp 250 juta.

"Biar bisa tembus target, tapi sih gak pernah tembus target juga, karena saya takut juga kalo ngubah data dengan total pinjaman besar, biasanya dilihat juga, karateristik konsumen bagus gak, kalo bagus ya ibaratnya bantu dia juga,"jelasnya.

Sejauh ini, si Fulani mengaku sering meloloskan BI checking calon debiturnya, namun dengan main aman lewat pinjaman di bawah Rp 100 juta. Biasanya dia membantu mencairkan kredit dengan angka Rp 50 jutaan. Calon debitur sebutnya, biasanya bersedia apabila data BI Checkingnya diubah demi kepentingan lolos kredit.

"Namanya juga mereka butuh duit, jadi mereka mau aja, kadang kasian kalau yang ambil itu punya penghasilan bagus cuma nyangkut di BI checkingnya aja, lagian gak collect banyak," ujarnya. Bagi Fulani, data collect yang akan lolos dan masih menjadi toleransi BPR di tempat bekerja apabila data collect-nya hanya sebanyak dua bulan. Namun bila lebih dari dua bulan terbilang berat dalam pemberian pinjaman.

Syarat dalam meminta BI Checking di bank sebut Fulani, sederhana. Cukup menyertakan fotokopi KTP ukuran 200 persen. Selanjutnya calon debitur meminta formulir pengisian pengambilan data BI checking-nya. Dalam hitungan sehari, BI checking sudah berpindah tangan ke calon debitur. Data tadi selanjutnya diserahkan ke AO dibantu buat melengkapi berkas.

Dan apabila berkas calon debitur memiliki data collect yan banyak, data dapat diubah AO dengan discan kertas BI checking calon debitur tadi, menggunakan printer scanning dan menjadi data soft copy. Dari data soft copy, AO merubah data collect nasabah dari yang sebelumnya tercatat memiliki kemacetan dari historis pinjaman di bank lainnya. Diubah oleh AO bank tujuan kredit selanjutnya menjadi kecil, dan masuk hitungan analisis risiko kredit bank tujuan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved