Orang Rimba
Konflik Horisontal, Renggut 14 Nyawa Orang Rimba
Dari catatan Warsi sepanjang 1997-2012, sebanyak 14 orang rimba meninggal akibat konflik horisontal. Kristiawan Koordinator Kajian Unit Suku-suku
Penulis: Teguh Suprayitno | Editor: Fifi Suryani

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI – Dari catatan Warsi sepanjang 1997-2012, sebanyak 14 orang rimba meninggal akibat konflik horisontal. Kristiawan Koordinator Kajian Unit Suku-suku Warsi konflik yang terjadi dipicu akibat perebutan sumber makanan.
Menurutnya konfik horisontal itu muncul lantaran perbedaan pemahanan. Semua orang rimba menganggap semua tanaman yang ada adalah milik bersama, dan bebas bagi siapa saja untuk mengambilnya. Tentu prinsip ini berbeda dengan masyarakat di luar yang menganggap semua tanaman sudah ada pemiliknya, dan tidak bisa diambil sembarang oleh orang lain.
“Orang rimba itu prinsipnya komunal, sedangkan orang luar (masyarakat umum) itu hak personal, kalau punyaku ya punyaku, jangan diambil, kalau diambil itu nyuri, jadi masalah,” katanya saat ditemui di kantor Warsi, Sabtu (14/3).
Orang rimba yang tinggal di pinggiran jalan lintas rawan terjadi konflik dengan masyarakat. Pada 2012 terjadi konflik horisontal yang mengakibatkan tiga orang rimba meninggal, dan satu orang rimba mengali cacat permanen.
“Yang meninggal itu akibat senggolan motor, terus di massa. Yang cacat itu lantaran dituduh mencuri,” katanya.
Pada 2014, di wilayah Tabir, Jambi, juga terjadi pengroyokan orang rimba oleh masyarakat, gara-garanya hanya karena senggolan antara pengemudi motor. “Tapi lucunya itu yang senggolan kelompok mana, yang diserang masyarakat kelompok lainnya,” kata Kristiawan.
Untuk meminimalisir konflik yang terjadi, pihak Warsi katanya mengusulkan pada tujuh perusahaan pemegang izin konsesi HTI untuk membangun kemitraan dengan orang rimba.