Hari Raya Imlek
Melihat Tradisi Po Un PascaImlek, Tolak Bala versi Konghucu
Perayaan imlek bagi umat Konghucu di Kota Jambi tidak hanya bermakna kebahagiaan.
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Fifi Suryani
Laporan Wartawan Tribun, Dedy Nurdin
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Perayaan imlek bagi umat Konghucu di Kota Jambi tidak hanya bermakna kebahagiaan. Tetapi yang terpenting, bagaimana meningkatkan ketaatan kepada sang pencipta.
Salah satunya melalui ritual Po Un. Ritual keagamaan yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Dimulai sejak empat hari pascaimlek hingga menjelang Cap Go Meh.
Ritual Po Un bagi umat Konghucu merupakan upacara tolak balak. Bagi Ummat Konghucu, selain sebagai mentuk ke taatan kepada sang pencipta. Ritual ini juga diyakini mampu menghindarkan seseorang dari balak atau persoalan besar di tahun kambing.
Seperti terlihat pada Senin pagi di Klenteng Sei Ce Tien Kota Jambi. Sejak pukul 10.00 WIB, sejumlah umat terlihat khusyuk mengikuti ibadah. Proses ibadah diwarnai dengan doa-doa yang dipanjatkan bagi dewa Fu Xi.
Ritual Po Un kali ini cukup istimewa, karna di pimpin langsun oleh Li Tek Cong, thaushe daeri RRC yang menjadi Saekong.
Seperti terlihat, sambil membacakan doa, Saekong dengan hati-hati berjalan mengelilingi rute sederhana di ruangan kelenteng. Ia terlihat khusyuk, membaca mantra sambil membunyikan lonceng kecil di tangan kanannya. Sesekali dalam putanan, ia meniup trompet yang terbuat dari tanduk kerbau.
Di belakangya di ikuti sekitar 20 orang pengikut. Mereka berjalan berbaris, dengan langkah hati-hati. Di tangannya membawa nampan plastik berwana merah, berisi pakaian terlipat rapi. Telur berwarna merah beberapa butir yang dibungkus plastik putih.
Ada juga mie swan, biji wajik, dupa serta kertas sembahyang. Dari pojok pintu sebelah kiri, The Lien Teng rohaniawan Klenteng Sei Ce Tien tampak memukul beduk. Nadanya terdengar seirama dengan langkah, gerak dan bacaan mantra dari Saekong.
Di sisi kiri ruangan terdapat jembatan kecil, sampingnya terdapat poster ukuran kecil dengan latar belakang gambar air. Ini bermakna, agar ummat khonghucu yang mengikuti ritual tolak bala dapat terhindar dari musibah perjalanan laut.
"Prosesnya, kita berjalan berkeliling sebanyak 12 kali. Sesuai dengan 12 sio dengan 60 unsur. Jadi sio apapun di tahun ini kita berdoa agar terhindar dari balak," kata The Lien Teng, dikonfirmasi usai rangkaian Po Un.
Usai berjalan berkeliling, proses Po Un dilanjutkan dengan melakukan doa yang dipimpin langsung Saekong. "Kita juga berdoa agar di tahun ini bisa sukses mencari rezeki. Bisa sejahtera dan sukses dalam berdagang," lanjut The Lien Teng.
Usai melaksanakan ritual, satu persatu umat yang hadir melakukan proses ibadah dengan membakar kertas sembahyang.
Dalam ritual ini, di jelaskan The Lien Teng sesajian yang dibawa para peserta ini setelah didoakan selanjutnya akan dibawa pulang untuk digunakan anggota keluarga sebagai prantara penolak balak.
Sesajian yang dibawa umumnya memiliki makna tersendiri. Seperti dijelaskan The Lien Teng, telur berwarna merah dimaknai sebagai penolak bala serta sebagai lambang kesejahteraan.
"Kalau wajik ini kan ketan. Jadi maknanya untuk merekatkan hubungan sesama. Sehingga bisa saling menjaga dan melindungi, satu dengan yang lainnya," katanya.
Ritual ini akan berlangsung hingga menjelang Cap Go Meh. "Setiap hari akan ada yang ikut melakukan ritual Po Un. Kita berharap tahun ini kita semua dijauhkan dari musibah. Sehingga rakyat bisa sejahtera," tutup The Lien Teng.




