Hari Raya Imlek
Tak Boleh Disiram Air, Cukup Lap dan Arak
JELANG Hari Raya Imlek yang jatuh pada 19 Februari 2015 mendatang, merupakan satu momen yang ditunggu oleh
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM - JELANG Hari Raya Imlek yang jatuh pada 19 Februari 2015 mendatang, merupakan satu momen yang ditunggu oleh warga Tionghoa dan juga umat beragama Konghucu. Persiapan pun dilakukan, satu diantara bersih-bersih kelenteng dan patung para dewa. Cukup lap bersih dengan arak.
Satu rumah ibadah bagi umat Nabi Konfusius yang tengah melakukan acara bersih-bersih adalah Kelenteng Sai Che Tien. Kamis (12/2) siang, di kelenteng yang berlokasi di RT 2 Kelurahan Talang Jauh, kecamatan Jambi Timur ini terlihat beberapa umat Konghucu sibuk di kelenteng tersebut.
Beberapa pria paruh baya terlihat sibuk membersihkan sejumlah patung. Menggunakan kain, mereka tampak hati-hati mengoles cairan arak ke patung dewa, satu demi satu. Jelang pukul 12 siang, aktifitas membersihkan patung dewa pun selesai. Namun, masih ada sejumlah peralatan peribadatan yang perlu dibersihkan.
The Lien Teng, rohaniawan Kelenteng Sai Che Tien kepada wartawan mengatakan. Aktifitas bersih-bersih kelenteng ini dilakukan sebagai bagian dari ritual menyambut imlek.
"Supaya cerah, ini sudah menjadi tradisi leluhur. Supaya kelenteng lebih cerah. Kita bisa beribadah dengan nyaman dan dimudahkan rezeki. Bersihkannya tidak boleh di siram pake air, cuma di lap dengan kain dibasahkan dengan air dicampur arak," katanya.
Dipaparkannya, ritual bersih-bersih dimulai dengan terlebih dahulu membersihkan patung dewa. Ada banyak patung dewa yang terpampang di sana. Di kelenteng Sai Che Tien Jambi, patung paling besar yakni patung dewa Hook Hi Tee Sien atau juga dikenal dengan Dewa Usi.
Dikenal juga sebagai dewa yang tertua. patung tersebut di tempatkan diatas altar paling tinggi dengan dikelilingi beberapa patung dewa lainnya. Seperti patung dewa Hok Tek Cheng Sin, Lam Hai Kwan Im, Sam Ong Hu Tua Lang, Hian Thien Siong Tee, Go Hu Tua Lang, Kwan Seng Tai Tee, dan patung dewa Beng Sien Sin Wui.
"Dewa Usi, dewa yang paling tua, sebelum dunia ini ada. Dewa ini sudah lahir," kata The Lien Teng.
Uniknya, patung yang ada di kelenteng ini umumnya berusia ratusan tahun. Sehingga ketika dibersihkan perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Menurut kepercayaan umat Konghucu, sebelum pelaksanaan puncak perayaan imlek atau pergantian tahun baru Tionghoa, para dewa akan naik kelangit, pada saat inilah dilakukan upacara bersih-bersih kelenteng. Pada saat ini juga pintu neraka dibuka. Sehingga, arwah jahat pun akan keluar. Untuk itu dilakukan ibadah agar umat Konghucu tidak diganggu roh jahat.
Setelah sekitar 10 hari, dewa akan kembali turun dan membawa keberkahan bagi umat Konghucu. Puncak perayaan pergantian tahun ini akan berlangsung pada malam pergantian tahun yakni, malam Cap Go Meh.
"Kita ada ritual sembah yang mendoakan semua. Tahun ini masuk tahun baru kambing, acara habis imlek ada ulang tahun dewa langit, kita ibadah untuk memohon kesuburan, kemurahan rezeki,"kata rohaniawan kelenteng Sai Che Tien.
Yongki, ketua muda-mudi Khonghucu Jambi menambahkan, imlek merupakan momentum yang ditunggu-tunggu. Selain momentum pergantian tahun, juga menjadi ajang untuk saling mempererat persaudaraan. Terutama bagi umat Konghucu.
"Biasanya kita ibadah, berkumpul. Yang selama ini tinggal di luar daerah mereka pulang. Pada malam cap go meh kita ada makan besar. Ini momentum yang kita tunggu-tunggu,"katanya. Sebagai pemuda, ia dan kawan - kawan merasa perlu menjaga tradisi yang merupakan warisan leluhur.