Harga TBS
PT SAL Diduga Sembunyikan Harga Sawit
TRIBUNJAMBI.COM - Rapat alot digelar di ruang pola Kantor Camat Pelepat Ilir, Selasa (4/2) siang.
Penulis: muhlisin | Editor: Rahimin
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Muhlisin
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Rapat alot digelar di ruang pola Kantor Camat Pelepat Ilir, Selasa (4/2) siang. Perdebatan berlansung panas hingga pukul 17.00.
Asisten II Setda Bungo, Budi Hartono, yang memimpin rapat terlihat berkali-kali berupaya menawarkan jalan tengah. Namun, pihak PT Sari Aditya Loka (SAL) di satu sisi, dan KUD serta Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo) di pihak lain main saling bersikukuh.
Persoalan yang jadi masalah utama adalah terkait harga tandan buah segar (TBS) sawit. Pihak petani menganggap PT SAL sudah jauh menurunkan harga. Sebagai pembanding adalah harga TBS yang ditetapkan Pokja Penetapan Harga Provinsi Jambi.
Seminggu terakhir, sesuai penetapan pokja, harga TBS adalah Rp 1.975/kg. Sementara di pabrik PT SAL II yang berlokasi di Kecamatan Pelepat Ilir, Bungo, membeli TBS seharga Rp 1.880/kg.
"Saya harap transparan saja. Ini sudah dua tahun PT SAL menyembunyikan harga. Tidak transparan. Bahkan pernah sampai dengan margin hingga Rp 400/kg dibanding harga penetapan dinas perkebunan," ujar Sulaiman, Ketua Apkasindo Bungo.
Sulaiman juga membuka persoalan lainnya yang juga cukup sensitif. Yakni terkait kewajiban pihak perusahaan mengeluarkan insentif sebesar empat persen untuk petani. Selama beberapa tahun terakhir, menurutnya, insentif itu tidak pernah dikeluarkan anak perusahaan Astra Group ini.
Demikian pula disampaikan Ketua Koperasi Jaringan Usaha Bersama (KJOB) Sriono. Ia juga menuntut beberapa hal yang menjadi keberatan petani. Menurutnya, dalam waktu yang cukup pihak perusahaan tidak transparan terkait harga TBS.
Perdebatan berlangsung panas, soalnya, pihak PT SAL bertahan dengan argumennya. Piha PT SAL mengatakan tidak tidak cukup fair bagi mereka untuk mengikuti harga penetapan Pokja Disbun Provinsi Jambi. Pasalnya invoice mereka tidak dihitung dalam penetapan harga tersebut.
Seperti disampaikan Kepala Kebun, Siregar. Mereka juga dibebani target dari pimpinan perusahaan. Target yang ditetapkan adalah 10 persen. Sementara, margin saat ini yang bisa dicapai hanya 2,9 persen.
"Kalau SAL ini ditutup, petani juga yang susah. Boleh buktikan. Kami ini kerja, digaji bos. Memangnya kalau target tidak terkejar terus bapak-bapak ini mau menggaji kami," ujar Siregar.