Ini Yakuza dari Jambi
APA yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar kata Yakuza?
Penulis: wahid | Editor: Deddy Rachmawan
APA yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar kata Yakuza? Sebagian dari Anda bisa jadi langsung memvisualkan sekelompok mafia Jepang penuh tato sedang memegang senjata. Hal itu tidak sepenuhnya salah, karena memang Yakuza muncul dan popular di negeri Sakura tersebut. Mereka dikenal sebagai geng yang ditakuti di Jepang, meski pada awalnya Yakuza merupakan kelompok pelindung masyarakat. Namun dalam kesempatan kali ini kita tidak akan berbicara panjang lebar soal Yakuza Jepang, tapi Yakuza Jambi.
Yakuza Jambi? Ya. Di Jambi ternyata juga terdapat sekelompok orang yang menamakan diri mereka Yakuza. Namun berbeda dengan Yakuza Jepang, Yakuza Jambi adalah sebuah komunitas otomotif yang memiliki visi pada kegiatan sosial. Kegiatan sosial di sini mencakup ragam hal kompleks, mulai yang sifatnya sosialisasi hingga terjun langsung di tengah‑tengah masyarakat untuk sekedar berbagi.
Ketua Yakuza Jambi, Adam, ketika ditemui Tribun di GOR Kota Baru, Jumat (4/01) sore, menceritakan awal mula Yakuza Jambi terbentuk dari ketidaksengajaan. Bermula dari bertemunya 13 orang dari berbagai klub otomotif di Jambi yang memiliki keinginan mendirikan sebuah kelompok otomotif yang berbeda dari klub serupa kebanyakan.
Akhirnya pada 7 September 2011, atas kesepakatan tersebut lahirlah Yakuza Jambi dengan ketua pertamanya Fadil. Agak berbeda dengan masa jabatan sebuah organisasi pada umumnya, Yakuza yang baru berumur setahun tiga bulan ini sudah mengalami perombakan pengurus sebanyak tiga kali. Setelah ketua pertama Fadil, Yakuza Jambi sempat dipimpin Nopan hingga akhirnya yang ketiga ini Adam didaulat sebagai ketua.
Nama Yakuza sengaja dipakai bukan karena keberadaan mereka ingin ditakuti. Sebaliknya, mereka terinspirasi Yakuza pada awal‑awal terbentuknya yang justru sebagai kelompok pelindung dan penolong masyarakat. Bila diaplikasikan dalam Yakuza Jambi, maka perwujudan pelindung ini bisa berarti melindungi dari hal‑hal negatif melalui berbagai kegiatan, sekaligus sebagai wadah menyalurkan apresiasi bagi anggotanya.
"Kalau kita lihat sejarahnya, Yakuza itu dulu kan terbentuk 1612, bukan sebagai mafia tapi sebagai pejuang suci bagi masyarakat. Bukan lantas kita ingin jadi pejuang atau apa, tapi setidaknya kita berkomitmen keberadaan kita bermanfaat bagi masyarakat," paparnya.
Sejak berdiri setahunan lalu, Yakuza Jambi telah memiliki 30 anggota aktif sampai saat ini. Syarat masuk komunitas ini tergolong simpel karena tidak berbatas umur, dan tidak berbatas merk kendaraan. Artinya siapa saja yang memiliki kendaraan roda empat dan memiliki visi yang sama maka boleh bergabung. Satu lagi, anggota harus melakukan syarat selanjutnya, yakni memasang stiker "Yakuza" pada kendaraan mereka.
Ada keunikan soal stiker ini, dimana stiker Yakuza dengan corak huruf kanji ini secara tiba‑tiba menyebar di masyarakat luas. Tak jarang stiker tersebut dijumpai pada kendaraan pribadi non anggota, bahkan angkot. "Unik juga sih, perasaan kita belum pernah punya anggota angkot, tapi kadang stiker Yakuza itu nempel. Kita anggap itu sebagai wujud apresiasi bahwa kita ada dan mendapatkan tempat di masyarakat," celetuknya setengah bercanda.
Ditanya soal program Yakuza, Adam menjawab agenda yang terbaru saat ini adalah mengunjungi dan berbagi di panti setiap dua bulan sekali. Pernyataan Adam tersebut langsung diamini sekitar 12 anggota yang turut hadir saat itu. Yakuza juga rutin mengagendakan touring setahun dua kali untuk refreshing sekaligus mempererat silaturahmi anggota. Tak hanya anggota intern Yakuza, namun juga anggota klub lain yang akan mereka singgahi selama touring.
Selain kegiatan sosial, Yakuza Jambi juga memberikan dukungan penuh bagi anggota yang ingin mengekspresikan keterampilannya dalam dunia otomotif. Terbukti beberapa anggota Yakuza cukup sering mengantongi penghargaan dalam dunia otomotif. Yang belum lama ini diraih adalah juara I Auto Audio contest di WTC akhir 2012 lalu. (Wahid Nurdin)