Bertemu Putri Thailand di National Youth Day
Salah satu agenda penting dalam acara The 17th ASEAN Youth Day Meeting & 7th TAYO Award adalah menghadiri National Youth Day Opening Ceremony
Oleh: Lenny Lin, Blogger asal Jambi
Salah satu agenda penting dalam acara The 17th ASEAN Youth Day Meeting & 7th TAYO Award adalah menghadiri National Youth Day Opening Ceremony pada tanggal 20 September di Bangkok, yang diikuti delegasi dari seluruh negara ASEAN. Acara ini sangat berarti bagi Saya, karena mungkin inilah satu-satunya kesempatan melihat Putri Kerajaan Thailand yakni H.R.H. Princess Srirasmi.
UNTUK kalangan kerajaan, yang paling banyak terekspos di publik adalah ratu dan rajanya. Foto-foto mereka dapat dengan mudah dijumpai dalam ukuran raksasa di seluruh penjuru negeri gajah putih ini. Bahkan sampai di domestic hall di international airport-nya, Saya dapat menjumpai sederetan fotonya dari kecil hingga sekarang.
Sehari sebelum acara tersebut, panitia telah memberikan pengarahan tentang apa dan apa yang tidak boleh dilakukan selama acara. Untuk acara, kami diharuskan mengenakan business suite. Para peserta dilarang menggunakan sandal, mengunyah permen karet selama acara berlangsung, tidak membuat keributan, tidak meninggalkan tempat bahkan untuk ke toilet sekalipun. Kami juga harus duduk tanpa menyilangkan kaki. Segala bentuk jenis dokumentasi seperti kamera, video kamera hingga handphone sangat dilarang digunakan. Kita juga dilarang membunyikan handphone selama acara.
Pada hari yang telah dinantikan, kami berangkat pada pukul 7 pagi dari Hotel Chaophya Park menuju lokasi acara yakni Bangkok Metropolitan Youth Center, Dindaeng ‑ Bangkok.
Begitu tiba, Kami langsung melakukan registrasi dan mendapatkan tempelan merah bulat serta pita oranye putih yang harus dipakai di baju masing masing.
Di antrean yang lainnya, tampak pemuda pemudi Thailand berbaris rapi, tertib dan hening. Jarang ada yang tampak saling mengobrol antar-sesamanya. Untuk masuk ke dalam gedung, mereka diperiksa oleh petugas dengan semacam alat bulat kecil yang ditempelkan di dahi yang bertujuan untuk mengukur suhu badan dan memastikan mereka sehat walafiat.
Kami pun ternyata tak luput dari pemeriksaan ini. Bedanya alat yang digunakan hanya berupa selembar kertas hitam yang ditempel di dahi. Untungnya seluruh delegasi negara ASEAN lolos dan diperbolehkan masuk.
Setelah prosedur pertama terlewati, kami masih berbaris mengantre untuk pengecekan barang bawaan serta melalui body scan layaknya di bandara. Setelah itu, kami masuk ke dalam gedung dan menempati kursi yang cukup depan yakni di sekitar baris ke 8 di sebelah kiri.
Di depan terdapat panggung tempat sang putri nantinya. Tampak ada kursi empuk yang didominasi warna emas berada di paling depan tengah panggung. Di samping kiri terdapat pula altar untuk sembahyang. Di altar sembahyang tersebut, terdapat patung wajah raja Chulalongkorn dan raja Ananda Mahidol.
Panitia mengimbau agar kami ke toilet terlebih dahulu sebelum acara dimulai. Setelah itu, kami melakukan serangkaian acara "gladi resik" dan menunggu sekitar 1,5 jam hingga acara benar benar mulai.
Dari acara gladi resik, saya memperhatikan bahwa cara hormat para pemuda pemudinya cukup unik. Yang cowok dilakukan dengan menunduk, sedangkan yang cewek menunduk sambil menyilangkan kaki ke belakang seperti putri putri zaman dulu kala. Saya langsung mempraktekkannya juga!
Akhirnya yang ditunggu tunggu pun tiba. Sang putri telah tiba di lokasi. semua langung tersentak berdiri dan menghadap ke arah tengah gedung yang telah diberi red carpet tempat sang putri berjalan nantinya.
Suasana langsung hening mencekam. Ketika rombongan datang, semua menunduk untuk menghormatinya. Tentu saja saya juga menunduk sambil memasang mata. Sang putri berjalan masuk sambil diiringi rombongan yang berseragam putih putih. Termasuk kameramennya.
Sang putri menggunakan dress selutut motif seperti kotak kotak berwarna biru serta sepatu vantofel coklat dengan hak sedang. Rambutnya diikat rapi dan dikepang bawahnya. Sungguh perpaduan yang apik antara modernitas dan budaya kental yang masih melekat. Seperti halnya juga negara Thailand.
Sang putri tampak ramah dan menebar senyum di wajahnya. Hal ini makin membuat wajahnya yang manis terlihat semakin menawan. Sekilas saya langsung teringat akan Kate Middleton (istri pangeran Wiliam) di Inggris.
Begitu sang putri naik ke atas panggung, dia menyempatkan diri untuk menyalakan lilin dan bersembahyang terlebih dahulu. Saat bersamaan, para hadirin tetap dalam posisi berdiri. Kami baru duduk setelah sang putri duduk. Setelah itu acara baru dapat dimulai.
Acara dibuka dengan laporan dari Deputy Prime Minister tentang National Youth Day 2012. Acara kali ini menggunakan bahasa Thailand sehingga saya tidak tahu apa yang disampaikan serta apa yang sang putri ucapkan. Kami semua bergantung sepenuhnya dari intruksi para panitia. Jika mereka berdiri, kami serentak berdiri. Bila mereka menyanyikan lagu kebangsaannya, kami hanya pura pura bernyanyi atau diam saja.
Setelah itu, acara berikutnya adalah sambutan dari sang putri. ketika Sang putri berdiri, secara otomatis para hadirin juga berdiri. Lalu lagu The Royal Anthem pun diputarkan. Sebelum sang putri berbicara, ada seorang petugas laki-laki berseragam putih putih yang dengan sigap membawakan mikrofon bercabang dua dengan warna emas.
Wow! Bayangkan saja sang putri berada di atas panggung. Artinya mikrofon itu haruslah cukup tinggi agar suara sang putri dapat terdengar jelas. Belum lagi beratnya standing mikrofon tersebut. Pastinya petugas itu telah berpengalaman membawa mikrofon tersebut kemana saja sang putri pergi.
Sang putri sepertinya sedang tidak dalam kondisi fit karena tampak sekali kali pilek dan batuk. Tapi itu tidak membuat aura putrinya berkurang. Selain memberikan sambutan, acara spesial hari ini adalah sang putri akan menyerahkan langsung penghargaan kepada pemuda-pemudi Thailand yang berprestasi yang berjumlah 157 orang.
Plakat-plakat itu dibawakan oleh empat petugas wanita berseragam putih. Ketika mendekat ke arah sang putri, mereka akan berjalan lalu bergerak ke depan dengan menggunakan lutut dan duduk di samping tempat duduk sang putri dan menghadap belakang. Dan begitulah sang putri akan menerima plakat tersebut dan menyerahkannya kepada para pemuda yang beruntung menerimanya.
Sebelumnya, para penerima award ini sudah berjajar sangat rapi dan mengantre hingga ke belakang. Padahal antreannya masih cukup lama. Begitu sampai di depan mereka memberikan salam dengan bahasa tubuh untuk sang putri lalu menerima plakatnya.
Sepertinya, tidak ada ucapan selamat maupun saling berjabat tangan. Bahkan tidak ada kontak mata. Mungkin para pemudanya terlalu segan menatap langsung sang putri.
Acara penyerahan plakat merupakan penutup dari keseluruhan acara. Setelah itu acara pun selesai dan sang putri turun ke bawah lalu bersembahyang sebentar dengan para biksu yang ada di samping.
Para hadirin telah stand by berdiri dan menunduk mana kala sang putri berjalan melewati barisannya dan keluar dari gedung. Sekali-kali dia mendekat ke arah hadirin, tersenyum ataupun melambaikan tangannya.
Hingga sang putri keluar dari ruangan tersebut, tidak ada satupun yang diperbolehkan untuk keluar karena sang putri masih ada dalam satu kompleks. Kami baru boleh bebas kembali ketika terdengar tanda bahwa sang putri telah meninggalkan lokasi dan sekali lagi lagu The Royal Anthem dikumandangkan. (*)