Ironi Atlet

Simpati Mulai Mengalir untuk Leni

TRIBUNJAMBI.COM - Leni Haini, mantan atlet yang berencana menjual medalinyamengundang simpati

Editor: Deddy Rachmawan
zoom-inlihat foto Simpati Mulai Mengalir untuk Leni
TRIBUNJAMBI/HENDRI DUNAN
Leni Haini


TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Apa yang dialami oleh Leni Haini, mantan atlet dayung Jambi yang berencana menjual medalinya untuk pengobatan anaknya, mengundang simpati dari banyak kalangan. 
Seperti diberitakan Tribun sebelumnya, Leni terpaksa akan menjual medali emas kejuaraan dunia untuk biaya pengobatan anaknya Habibatul Fasiha (2) yang mengidap penyakit perapuhan kulit.
Leni kesulitan keuangan karena pengobatan penyakit langka yang diderita anaknya membutuhkan dana yang sangat besar.
Rekan Leni, yang juga sesama mantan atlet Jambi Elieser Wettebosi pemegang rekor SEA Games Singapura Tahun 1993 untuk lari jarak menengah 400 m mengaku sangat prihatin dengan apa yang dialami Leni. 
"Saya sebagai mantan atlet ikut prihatin dengan apa yang dialami oleh Leni," kata Elieser, Kamis (31/5).
Sebagai sesama mantan atlet yang mengharumkan nama Jambi dan Indonesia di tingkat internasional, Elieser tergerak untuk mengumpulkan dukungan dana dari masyarakat pecinta olahraga di Jambi guna membantu Leni. "Kita rencananya akan kumpulkan mantan atlet-atlet Jambi untuk memberi bantuan," katanya.
Sekretaris Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Jambi Ali Lubis menyatakan keprihatinannya kepada sejumlah wartawan di Kantor KONI. 
"KONI belum ada program (bantuan) itu, mungkin dengan adanya hal seperti ini nanti bisa dipikirkan untuk membuatnya pada rapat pengurus," katanya. 
Kalangan penggerak LSM bahkan berniat memperjuangkan dana kesehatan bagi Habibatul Fasiha melalui bantuan pemerintah dan siswa sekolah dasar di Kota Jambi.
Jamhuri, aktivis LSM 9 Jambi mengatakan siap memperjuangkan biaya pengobatan bagi Habibatul Fasiha melalui dana bantuan operasional kesehatan (BOK). Dikatakannya, bahwa dana BOK tersebut bersumber dari Negara dan diperuntukan bagi kesehatan keluarga pra sejahtera.
"Dana itu dikhususkan untuk membantu biaya pengobatan keluarga pra-sejahtera, tidak terkecuali bagi Habibatul Fasiha. Kita akan bantu untuk mendapatkan bantuan dana tersebut," ujar Jamhuri, Kamis (31/5).
Baginya, apa yang dilakukan oleh seorang mantan atlet tingkat dunia sampai menjual harta demi biaya perobatan itu suatu tamparan memalukan bagi pemerintah. 
"Negara harusnya malu. Seorang mantan atlet tingkat dunia harus menjual medali demi biaya perobatan," ujar Jamhuri.
Jamhuri juga meminta Pemerintah Provinsi Jambi cepat tanggap dan membantu biaya yang dibutuhkan oleh Leni. 
Fikri Riza, pegiat LSM juga mengungkapkan hal yang sama. Dirinya mengatakan akan membuat semacam kotak amal yang akan diberikan kepada seluruh sekolah dasar negeri dan swasta di Kota jambi.
"Kita tahu bila pemerintah tidak peka, maka masih ada siswa atau pelajar yang paling banyak peduli terhadap kejadian social semacam ini," ungkap Fikri.
Leni Ingin Bakar Piagam 
Mantan Atlet Dayung Indonesia yang juga pernah mengharumkan nama Indonesia di pentas kejuaraan Dunia, Leni Haini mengaku sempat ingin membakar semua piagam penghargaan yang dimilikinya. 
Padahal piagam-piagam yang dimilikinya tersebut diberikan bukan oleh pejabat Negara biasa. Melainkan ada yang berasal dari Kepala Negara Brunei Darussalam, Sultan Hasanal Bolkhiah.
"Memang aku sempat frustasi dengan biaya pengobatan anakku Habibatul Fasiha. Karena tidak tahu dan tidak ada perhatian pemerintah, aku sempat ingin membakar semua piagam penghargaan ini. Buat apa diberi piagam kalau tidak bisa dihargai," ujar Leni Haini, Kamis (31/5).
Derita penyakit perapuhan kulit Habibatul Fasihan putri Leni dan Ichsan telah menggerus hasil kerjanya selama ini. Leni sudah menjual tanah dan rumah tinggalnya sendiri. Kini mereka harus hidup di rumah orang tuanya kembali.
Piagam penghargaan yang diberikan Sultan Brunei kepada Leni karena keberhasilannya meraih 1 medali emas dan 2 medali perak pada SEA Games di Brunei Darussalam tahun 1999. 
Sementara penghargaan lain yang dimilikinya yakni diberikan oleh Menteri Negara Peranan Wanita Hj Tutty Alawiyah Ali Syahbana. Juga piagam penghargaan olahraga Parama Krida Utama  yang diberikan oleh Menpora Hayono Isman tahun 1997.
"Setidaknya dari piagam penghargaan itu, pemerintah bisa membantu apa yang saya keluhkan saat ini. Bantulah kami yang pernah berjuang untuk mengibarkan dan mengharumkan nama bangsa di pentas dunia," ujar Leni.
Beruntung masih ada Ichsan sang suami. Suaminya inilah yang mencoba menguatkan kembali jiwa Leni Haini. Niat untuk membakar piagam-piagam penghargaan itu dibatalkan. "Langsung saya cegah. Meskipun pada dasarnya saya juga kecewa," ujar Ichsan.
Dituturkan oleh Ichsan, selama ini dirinya pernah beberapa kali mencoba mencarikan pekerjaan buat Leni, termasuk untuk ikut terlibat di PODSI Jambi. Namun, semua usaha itu diakuinya seolah membentur tembok tebal. Segala usaha untuk mencarikan kerja buat Leni tidak pernah berhasil.
Ichsan juga mengaku sempat cemburu melihat kesejahteraan yang diraih oleh atlet-atlet seangkatan Leni Haini atau di bawah massa Leni. Mereka saat ini sudah mendapatkan pekerjaan tetap dan juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah. 
"Tolonglah bantu berikan peluang kerja atau honor kepada mantan altet yang berprestasi. Hanya itu yang kami minta," ujar Ichsan yang juga mantan atlet dayung Jambi. 

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved