Putra Hoerijah Adam Itu Diundang Tampil di Kick Andy
PADANGPANJANG – Kesempatan kubersama/ Anak-anak Indonesia/ Satukanlah cita-cita/ Membangun Nusa Bangsa//

PADANGPANJANG – Kesempatan kubersama/ Anak-anak Indonesia/ Satukanlah cita-cita/ Membangun Nusa Bangsa// Bersatu untuk berkarya/ Menyongsong hari bahagia/ Kerahkan semua yang ada/ Semangat dalam jiwa//
Itulah dua bait lagu ciptaan Muhammad Jujur, seniman musik Kota Serambi Mekah Padangpanjang, Sumatra Barat, yang melukiskan semangat anak-anak Indonesia untuk berkarya membangun negeri. Lagu itu berjudul Anak Indonesia. Satu dari 300-an judul lagu anak-anak yang ia ciptakan sejak tahun 1980-an.
Sejujur namanya, Muhammad Jujur lelaki rendah hati kelahiran Padangpanjang, 26 Januari 1961 ini, bertekad mengembalikan dunia anak-anak yang dianggapnya telah hilang sekarang. Menurutnya, anak-anak Indonesia hari ini tidak menemukan lagi lagu-lagu milik mereka layaknya pernah jaya di era tahun 1980-an hingga akhir tahun 1990-an. Lihatlah di layar kaca televisi, program Idol ini Idol itu yang mengeksploitasi anak-anak dengan memaksa mereka menyanyikan lagu-lagu dewasa yang belum layak mereka nyanyikan. Pemaksaan itu tanpa disadari, dan para orangtua yang mengikutsertakan anak mereka di dalam program televisi yang meraup untung besar lewat iklannya itu merasa bangga. Padahal, lirik lagu dewasa yang dinyanyikan anak-anak mereka tidaklah sesuai etika dan norma, terutama lirik-lirik cinta dan mengumbar syahwat lawan jenis. Realita itu pun sangat miris.
Sebagian orangtua yang peduli soal masa depan anak-anak mereka tak dapat bertindak banyak soal pengaruh tayangan televisi yang semakin memprihatinkan itu. Alternatif yang dapat dilakukan adalah mencari lagu anak-anak tempoe doeloe yang tentu saja semakin langka ditemukan di pasaran. Kalaupun ada pastilah kaset bajakan yang sangat buruk hasil gambarnya. Mencari lagu anak-anak terbaru seperti berharap kepada sesuatu yang mustahil, sebab tidak ada yang dapat dipedomani untuk didengarkan kepada anak-anak generasi hari ini.
Keprihatinan terhadap kondisi itulah, Muhammad Jujur bercita-cita mengembalikan dunia anak-anak lewat lagu anak-anak ciptaannya. Ia mulai “berdakwah” di dunia itu. Dia pun telah menciptakan lagu anak-anak dalam jumlah banyak, walau perjuangannya tidak mudah. Persoalan berat yang ia hadapi adalah, mencari produser yang juga peduli terhadap lagu anak-anak yang semakin langka. Padahal menurutnya, bila ada pihak yang mau menggarap serius lalu dipromosikan sebaik mungkin lewat media massa, lagu anak-anak akan bisa booming kembali, sebab banyak orangtua yang membutuhkannya untuk mendidik anak-anak mereka lewat lagu.
Siapapun yang pernah hidup di era tahun 70-an dan 80-an tentu sangat akrab dengan lagu-lagu ciptaan AT Mahmud, Bu Kasur, Pak Kasur, Nomo Koeswoyo, dan Papa T. Bob. Lagu-lagu ciptaan mereka melegenda dan dikenang sepanjang masa. Simaklah lagu Pelangi ciptaan AT Mahmud sebagai berikut:
Pelangi-pelangi
Alangkah indahmu
Merah kuning hijau
Di langit yang biru
Pelukismu agung
Siapa gerangan
Pelangi-pelangi
Ciptaan Tuhan
Alangkah indahnya lagu itu. Anak-anak dikenalkan kepada fenomena alam berupa pelangi yang sangat indah bentuknya. Tetapi di ujung lirik lagu ada satu pelajaran berharga tentang ketuhanan yang sangat bermakna bahwa pelangi adalah ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Aqidah anak-anak pun dibentuk lewat sebait lagu yang dinyanyikannya.
“Lagu anak-anak di masa dulu mengajarkan kesantunan, etika, tata krama, moral, yang selalu bersumber kepada Tuhan. Sekarang nyaris tidak kita temukan lagi dan sudah dimonopoli oleh lagu-lagu dewasa,” ujar Muhammad Jujur mengungkap keprihatinannya, Selasa (29/5/2012), di kediamannya yang sangat sederhana di Kelurahan Tanah Pak Lambiak, Padangpanjang.
Salah satu lagu yang juga mengajarkan nilai-nilai kesantunan yang ia ciptakan sendiri berjudul “Ingat Tuhan”, dapat kita nikmati berikut ini:
Ingat Tuhanmu
Di mana engkau berada
Rajin bekerja
Dan juga giat belajar
Sopan santun pribadiku
Badan sehat milikku
Kugapai cita-citaku
Untuk ayah dan ibu
Hoerijah Adam, ibunya itu, meninggal dunia bersama puluhan penumpang lainnya di dalam pesawat Merpati PCMVS tipe 828 tahun 1971 di kawasan laut Painan, Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Seluruh penumpang pesawat itu tidak meninggalkan jejak, hanya menyisakan puing-puing kapal berserak di permukaan laut. Sejak itu Minangkabau kehilangan tokoh koreografer legendaris yang gerak dan tarinya menginspirasi dan mengharumkan nama Indonesia, khususnya Sumatra Barat.
Mewarisi darah kedua orangtuanya yang seniman, Muhammad Jujur sejak kecil mahir bermain gitar. Saat ini ia telah menciptakan 300-an lagu anak-anak yang sebagiannya telah dibuatkan videoklip dengan amat sederhana dan dibagi-bagikan percuma di lingkungan masyarakat di Kota Padangpanjang. Dia juga pernah mendapat dukungan dari pencipta lagu anak-anak legendaries AT Mahmud (alm.) dan Surtantio (putra Bu Kasur) untuk menasionalkan karya-karyanya. Juga ia sangat dekat dengan keluarga mantan Presiden RI Soekarno khususnya keluarga Sukmawati Soekarno Putri.
Muhammad Jujur sempat hijrah meninggalkan kampung halamannya kota Padangpanjang lebih 30 tahun untuk mencari kehidupan yang lebih baik di sejumlah kota di Indonesia, hingga akhirnya ia kembali pulang ke Padangpanjang kota Serambi Mekah yang berhawa sejuk di kaki Gunung Singgalang. Hidupnya sederhana, dan sekarang ia bekerja memasarkan gorengan bakwan ke beberapa sekolah di kota tempat tinggalnya. Di sela aktivitasnya itu, ia sempatkan secara rutin melatih anak-anak di sekitar rumahnya bernyanyi dan bermain musik. Atas perhatian beberapa orangtua dari anak-anak yang dilatihnya itu, dibuatlah videoklip dengan perangkat sederhana namun cukup profesional hasilnya. Ia bercita-cita, kelak, yang entah kapan masanya, orang-orang dewasa di dunia pertelevisian kita dapat mengembalikan dunia anak-anak yang mulai hilang seiring hilangnya lagu anak-anak yang nyaris tak lagi ditemukan di layar kaca.
Atas dedikasinya di dunia musik anak-anak, Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Nasional dalam acara Seminar Internasional Guru di Padang Panjang 2010 lalu pernah memberikan Piagam Penghargaan kepada Muhammad Jujur yang diserahkan oleh Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, P.Si, M.Si. Beberapa lagu ciptanya telah beredar di tengah masyarakat Indonesia, khususnya album bersama diantaranya berjudul: Kembalikan Dunia Kami, Lagu-lagu TK Tema Juara Porseni Nasional, Senam Irama Ceria 2, Musik Cilik Musiknya Anak-anak, dan Dendang 12 Anak Minang. Di akhir tahun 2011 lalu, Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Barat menggarap Drama Musikal Anak (Empat Episode) dalam bentuk DVD yang didalamnya dinyanyikan lima judul lagu ciptaannya, yaitu: Kawasan Dilarang Bohong, Pemberani, Maafkan Kakak, Coba Lagi, dan Dag-dig-dug.
Di usianya yang telah memasuki kepala lima, cita-citanya sangat sederhana, yaitu ingin mengembalikan dunia anak-anak dengan lagu-lagu yang bermoral dan mendidik mental anak serta mengandung nilai-nilai pendidikan agama di dalamnya. Salah-satu lagu ciptaannya berjudul Kembalikan Dunia Kami mencerminkan semangatnya itu:
Mari bernyanyi bersama
Dalam dunia kita
Tepuk tangan bergembira
Lagu yang sederhana
Kita belum dewasa
Jangan sampai terpaksa
Meniru, bukanlah sifatmu
Berbanggalah, semua
Dunia kita berbeda
Duniaku, adalah milikku.
Itulah Muhammad Jujur.
Dia mencoba memanggil anak-anak Indonesia untuk pulang kembali ke rumahnya
setelah sekian lama menginap di dunia orang dewasa idolanya itu yang ternyata
tidak mengacuhkan mereka bahkan telah menjadikan anak-anak yang dieksploitasi
dengan sangat keji sebagai tontonan saja, ibarat “atraksi badut” yang menghibur
dan mengisi waktu luang mereka. Sementara orangtua khususnya para pengelola
program televisi meraup keuntungan besar dalam pundi-pundi uang milik mereka.
Semoga saja, dakwahnya itu tak pernah kenal henti dan semakin berarti. (*)