Satang Rimbo Mengimbau Melalui Seni
TRIBUNJAMBI.COM - BANYAK hal yang bisa dilakukan untuk mencurahkan isi hati. Tak hanya sekedar dengan menuliskannya di buku catatan harian,
TRIBUNJAMBI.COM - BANYAK hal yang bisa dilakukan untuk mencurahkan isi hati. Tak hanya sekedar dengan menuliskannya di buku catatan harian, menuangkannya ke dalam sebuah gambar atau lukisan, dan masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyalurkan hasrat hati tersebut.
Seperti halnya pula dengan yang dilakukan oleh Uswan Hasan, S.Sn selaku komposer garapan musik. Seorang sineas seni muda yang bergelut di bidang musik, yang mencoba untuk mengungkapkan perasaannya melalui garapan komposisi musik, sesuai denga kemampuannya. Komposisi musik ini sendiri mengambil tema besar mengenai problematika seputar illegal logging.
Satang Rimbo. Begitulah judul yang diusung dalam garapan yang khusus di persiapan dalam rangka kegiatan Ranah Performing Arts (RaPA) 2011 yang dilaksanakan pada tanggal 9-11 Desember, di Pandang Panjang, Sumatera Barat.
Tergabung dalam sebuah komunitas pencinta seni di Jambi, yaitu Komunitas Senni INNER Jambi, Wawan, begitu biasa ia disapa, mulai menyiapkan garapan komposisi musik ini sejak beberapa bulan yang lalu. Gelaran itu didukung Masvil Tomi, S.Sn dan bersama dengan 9 orang pemain dalam garapan ini, yaitu M. Taufik Hidayat, S.Sn, Dwi Putra Ramadhana, S.Sn, Ferry Hoi, Herman, Agus, Jay, Puspita Lastari, Ulyatul Qibtiyah, dan Iwan.
Dua diantaranya mengambil peran sebagai pengisi vokal, semua saling bekerja sama guna meraih hasil yang terbaik nantinya.
"Garapan ini bisa dikatakan terinspirasi dari kesenian Senandung Jolo. Dimana kesenian ini berasal dari daerah Dusun Tanjung, Muaro Jambi," ungkap Wawan perihal asal muasal ide garapan Satang Rimbo ini.
Secara garis besar, garapan Satang Rimbo menceritakan tentang rintihan hati seseorang yang prihatin melihat kondisi illegal logging yang kian hari makin meluas dan tak kunjung mendapatkan jalan keluar sebagai upaya menyelesaikan permasalahan tersebut.
Kegiatan illegal logging tersebut pada akhirnya membawa ia pada ketakutan dimana akan kehilangan suatu kesenian "batang'. Kesenian batang sendiri diumpamakan oleh Wawan selaku pemilik ide berdasarkan pada kesenian kelintang kayu.
Pada garapan "Satang Rimbo", Wawan mencoba menggabungkan permainan musik tradisional dan modern. Dengan peralatan musik yang digunakan seperti kompangan, gong, simbal, alat musik 'batang', keyboard, biola, gendang melayu, gitar, dan maraccas. Dalam garapan ini pun, Komunitas INNER sebagai wadah yang menaunginya, banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak guna menyukseskan garapan komposisi "Satang Rimbo", seperti Ibu Yanti, Mbak Ema, serta Bapak Zul Gambus yang merupakan pemerhati budaya Jambi yang telah memberikan sumbangsih mengenai pencarian materi musikal komposisi musik "Satang Rimbo".
'Satang Rimbo" yang mengambil waktu pementasan selama 15 menit ini, menggunakan pendekatan revitalisasi sebagai dasar garapan komposisi musiknya. "Semoga dari apa yang nanti akan disajikan, para penonton bisa memahami maksud yang tersirat dari garapan ini bahwa kita bersama menghimbau untuk menghentikan kegiatan perambahan hutan karena di dalam hutan ada kehiudpan yang butuh hidup," harapnya. (*)