Lubuk Beringin Lain Ikannya
TRIBUNJAMBI.COM - Jika kita mencari contoh seperti apa Desa Wisata di Jambi?
Editor:
Rahimin
Didy Wurjanto
Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jambi
JIKA kita mencari contoh seperti apa Desa Wisata di Jambi? Desa mana yang wisatawan dapat berekreasi sambil belajar serta untuk memenuhi rasa penasaran akan suatu kehidupan yang berbeda dengan yang biasa, Lubuk Beringin lah tempatnya.
Tempat hidup yang tenang harmonis ini berada di Kecamatan Batin Tiga Hulu, Kabupaten Bungo. Sebagai suatu desa, tempat ini menawarkan segalanya bagi wisatawan: alamnya yang luar biasa indah, trekking yang menantang, aktivitas pertanian dan agroforestry yang komplit, aktivitas bermain yang unik dan kehidupan sosial yang rukun dan dinamis.
Nama Desa Lubuk Beringin tidak lepas dari situasi yang nyata yang ada di desa tersebut. Konon barisan pohon beringin bak tentara siaga di pinggir sungai yang mengalir bening deras dan indah mengilhami pemberian nama tersebut. Terlebih ikan semah ikan favorit penduduk setempat yang doyan banget jejatuhan buah beringin menambah aksentuasi bahwa pohon beringin memiliki tempat tersendiri di dalam sejarah budaya masyarakat desa tersebut.
Desa-wisata
Konsep desa-wisata adalah strategi masa kini untuk menjaring wisatawan melalui suatu penawaran untuk berdarma-wisata yang mempromosikan kerendahan hati dan ketulusan dari suatu masyarakat desa yang benar-benar mengandalkan apa yang mereka miliki sendiri.
Suatu bisnis pariwisata berbasis masyarakat tanpa ketergantungan kepada kekuatan investor. Masyarakat cukup mengandalkan rumah mereka, alam sekitar dan budaya mereka sebagai asset wisata. Sederhana memang namun strategi ini sangat manusiawi yang membuat wisatawan merasa diorangkan. Kenikmatan berwisata tidak saja melalui apa yang dilihat namun juga turut berpartisipasi dan mendapat pelajaran hidup.
Menuju Desa Lubuk Beringin relatif sangat mudah, hanya satu jam saja dari Muaro Bungo dengan akses jalan yang cukup baik. Sepanjang jalan menuju desa tersebut kita disuguhi pemandangan yang biasa kita nikmati melalui lukisan para pelukis aliran naturalis.
Sebelah kiri terbentang sawah yang menghijau dengan pohon-pohon kelapa menjulang tinggi dihiasi kelompok lembu dan kerbau yang tengah bekerja. Seolah mengantar kita berjalan di sebelah kanan mengalir sungai deras dan bersih.
Tepat di batas hamparan sawah sejauh kita dapat memandang, pemandangan berganti oleh adanya lapisan hutan campuran yang bila didekati akan terisi pepohonan karet rakyat dan pohon buah-buahan dimana masyarakat mengelola kebutuhannya untuk jangka panjang.
Jauh lebih ke atas lagi sebagai latar belakang, tampak bukit yang tertutup hutan hujan tropis yang merupakan hutan adapt desa. Memang sejak tahun lalu Menteri Kehutanan memberikan mandat desa ini sebagai desa hutan.
Sawah yang digarap desa ini memiliki cerita elok. Sebagaimana kita maklumi Bapak Gubernur Jambi Hasan Basri Agus tengah gencar melakukan sosialisasi bahwa kita perlu mengubah pola makan untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap beras. Konsumsi beras semakin meningkat dilain pihak persediaan beras nasional mulai menipis.
Namun masyarakat Lubuk Beringin menyikapi lain karena mereka mampu ber-swasembada beras. Aturan adat mengharuskan bahwa sawah yang mereka kelola harus diutamakan untuk memenuhi kebutuhan internal. Tidak diperkenankan adanya jual beli beras baik keluar desa maupun impor dari tempat lain.
Hal ini terbukti saat kita makan bersama warga, nasi terasa wangi lezat dan murni. Sebab sawah tidak pernah tersentuh dengan apa yang disebut sebagai pestisida ataupun pupuk kimia. Hal ini tidak hanya berlaku bagi tanaman padi namun juga buah-buahan yang ada di desa tersebut.
Trend dunia yang mengutamakan kesehatan dengan mengkonsumsi makanan organik memprediksi bahwa suguhan kuliner desa ini akan berharga sangat mahal, berlipat ganda dibanding makanan biasa masa kini. Kenapa bisa? Hutan sekelilingnya adalah jawabannya.
Hutan adat mampu memberikan unsur hara bagi lahan warga yang ditanami apapun secara alami. Hutan adat mampu meregulasi air sungai sehingga memiliki debit yang memadai untuk mengairi sawah mereka, bahkan menggerakkan kincir-air pembangkit listrik desa. Hutan adat mampu menyediakan tempat hidup bagi predators alias pemangsa hama padi dan perusak buah-buahan desa tanpa bantuan zat kimia. Hutan adat mampu menciptakan iklim mikro yg pas bagi tumbuhnya padi, sayur, karet, buah dsb. Benar-benar memecahkan masalah tanpa masalah.