Skandal Nazaruddin
Anas Urbaningrum Diminta Legowo Mengundurkan Diri
TRIBUNJAMBI.COM - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum disarankan untuk bersikap legowo untuk mengundurkan diri.
Editor:
Nani Rachmaini
JAKARTA, TRIBUNJAMBI.COM - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum disarankan untuk bersikap legowo untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Sebagai politisi muda, Anas disarankan untuk mencontoh Wakil Presiden Muhammad Hatta yang mengundurkan diri dari jabatannya ketika itu.
"Sudah ada beberapa syaratnya, Anas memang harus mundur. Dia sudah ketahuan berbohong. Dulu, waktu Nazar kabur ke Singapura, dia bilang Nazaruddin sedang berobat. Sekarang, setelah diserang, Anas bilang Nazaruddin pembohong besar," kata pengamat politik Fadjroel Rahman dalam diskusi di DPR, Jumat (29/07/2011).
Di era reformasi, Anas sudah tak layak lagi sebagai politisi muda yang memiliki integritas. Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Anas hanya membuat Demokrat sebagai partai pendusta.
"Sebagai politisi itu, yang ditagih adalah integritasnya. Janji dan perbuatannya saja. Betul Anas dilahirkan di era reformis, tapi pada awal-awal reformasi, Anas masih sayup-sayup," katanya lagi.
Sebagai generasi muda, seorang politisi itu adalah yang memiliki ketegasan dalam pemberantasan korupsi. Sementara Anas, menurutnya, tak lagi memiliki integritas.
"Demokrat itu berada di lingkaran dusta. Dari dusta yang satu menuimpulkan dusta yang lain lagi," sindir Fadjroel Rahman.
"Sudah ada beberapa syaratnya, Anas memang harus mundur. Dia sudah ketahuan berbohong. Dulu, waktu Nazar kabur ke Singapura, dia bilang Nazaruddin sedang berobat. Sekarang, setelah diserang, Anas bilang Nazaruddin pembohong besar," kata pengamat politik Fadjroel Rahman dalam diskusi di DPR, Jumat (29/07/2011).
Di era reformasi, Anas sudah tak layak lagi sebagai politisi muda yang memiliki integritas. Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Anas hanya membuat Demokrat sebagai partai pendusta.
"Sebagai politisi itu, yang ditagih adalah integritasnya. Janji dan perbuatannya saja. Betul Anas dilahirkan di era reformis, tapi pada awal-awal reformasi, Anas masih sayup-sayup," katanya lagi.
Sebagai generasi muda, seorang politisi itu adalah yang memiliki ketegasan dalam pemberantasan korupsi. Sementara Anas, menurutnya, tak lagi memiliki integritas.
"Demokrat itu berada di lingkaran dusta. Dari dusta yang satu menuimpulkan dusta yang lain lagi," sindir Fadjroel Rahman.