Wisata di Pesisir Selatan
Titian Aka, 100 Tahun Penghubung Dua Desa
Kalau Anda berkunjung ke Sumatera Barat, jangan lupa menyediakan waktu khusus untuk berwisata ke Kabupaten Pesisir Selatan.

Pemandangan alamnya begitu mempesona karena memiliki aksesoris lukisan pemandangan yang lengkap; ada bukit dan pegunungan, ada pantai , laut serta pulau-pulau yang dari jauh nampak kehijauan, ada jembatan unik yang terbuat dari jalinan akar pohon yang usianya sudah lebih dari seabad, sayang sekali kalau dibiarkan terlewat.
Setahun lalu, aku bersama anggota tim "ekspedisi" yang berniat ikut mempromosikan pariwisata Sumatera Barat pascagempa 2009, dengan modal seadanya, yang penting punya kamera untuk mengabadikannya, serta melalui kemampuan menulis yang terbatas, kami ceritakan kisah perjalanan memperkenalkan obyek wisata unik, yang jarang dimiliki daerah lain ini. Tujuannya agar mampu menggugah rasa ingin tahu setiap orang yang membaca. Kami telah membuktikan, bahwa betapa tujuan wisata ini benar-benar membuat kami berdecak kagum karenanya.
Jembatan Akar
Jembatan ini terdapat di antara dua desa yang dipisahkan oleh Sungai Batang, Desa Puluik puluik dengan Dusun Lubuak Silau. Dua desa tersebut dipisahkan oleh sungai yang airnya mengalir deras dan bebatuan besar. Namun akar menghubungkan keduanya melalui sebentuk jembatan alam, dari dua pohon sejenis pohon Beringin yang tumbuh berseberangan.
Jembatan ini panjangnya hampir 30 meter, dengan lebar pasti tidak lebih dari satu meter, dengan merentangkan kedua lengan, maka kita bisa berpegangan pada lengan jembatan, dan berada di ketinggian enam meter dari permukaan sungai.
Jembatan ini diketahui sudah ada di sana lebih dari 100 tahun silam, merupakan sebuah jembatan unik yang terbentuk dari jalinan dua akar pohon yang memang banyak tumbuh di situ, yaitu pohon Kubang (ficus Sp). Dua pohon tersebut tumbuh persis berhadapan.
Selain pohon Kubang, di bagian Dusun Lubuak Silau ada dua pohon yang tertanam dan sama-sama digunakan sebagai "bahan bangunan" jembatan, satunya lagi adalah pohon Beringin (Ficus benjamina). Kedua pohon itu, Beringin dan Kubang berada dalam Genus yang sama. Akar Beringin menancap kuat ke tanah, berfungsi sebagai penopang dan penyangga sementara urat pohon Kubang dipilin untuk titian. Pohon Kubang di desa Pulut-pulut akarnya ditanam ke dalam batu
Jembatan yang dikenal pula dengan sebutan Titian Aka, dibangun oleh Pakiah Sokan. Pakiah (fakih) adalah sebutan yang diberikan pada orang yang memiliki ilmu fikih atau ulama fikh. Pakih Sokan pun diyakini tinggi ilmunya dan memiliki kesaktian, seperti yang dituturkan Ibu Zarwanis, yang biasa dipanggil dengan sebutan Ibit, yang telah lama berjualan di lokasi wisata ini.
"Disitulah letak kesaktiannya Pakiah itu, orang dulu khan sakti-sakti" jawab Ibu Ibit ketika aku tanya mengapa yang di seberang hanya Pohon Kubang.
Tempat ini, pada masa lalu dikenal sebagai tempat keramat, banyak orang yang datang untuk berdoa, meminta pada Allah yang Satu. "Kalau sekarang ndak lagi, karena bisa digalakkan (ditertawakan) orang" katanya.
Meniti di titiannya serasa tengah menikmati wahana permainan di taman hiburan, bergoyang seirama dengan kaki yang dipijakan-pijakan, sungguh menyenangkan.
Di bibir sungai terdapat kedai, tempat ibu Ibit berjualan mie instan dan kopi. Sambil menikmati kopi, kita bisa asyik mendengarkan suara air yang gemericik. Kita pun bisa turun ke sungai, duduk di bebatuan besar, menikmati alam yang segar.
Menurut ibu Ibit, di dua desa ini terdapat dua gunung yaitu Gunung Jantan yang terdapat di Desa Pulut-pulut dan Gunung Betina di Dusun Lubuak Silau.
Ada pantun mengenai kedua gunung itu :
Gunung Jantan di pulut pulut
Di tengah tengah wilayah Bayang
Kepada Tuhan kita bersujud
Pujilah Dia malam dan siang
Penulis
Yoen Aulina Casyim
Menetap di Jakarta, bekerja di salah satu rumah sakit swasta, Bekasi.