Bangsa Asing Tidak Lebih Unggul

Kenapa bangsa ini lemah, kenapa bangsa ini terpesona kehebatan bangsa lain

Editor: Deddy Rachmawan
Bangsa Asing Tidak Lebih Unggul
net

Oleh: A Najiullah

Kenapa bangsa ini lemah, kenapa bangsa ini begitu terpesona oleh kehebatan bangsa asing, sehingga tersugesti. Kita hanya bisa hidup dibawah bayang-bayang bangsa asing.
Sejarah mencatat, para pendiri bangsa ini berusaha sekuat tenaga menghilangkan sugesti seperti itu. Mereka sadar betul kalau bangsa ini sudah di injeksi psikologis oleh kolonial ketika itu. Bertahun-tahun bangsa Indonesia hidup dibawah pesona kolonial, sampai-sampai  percaya pada kelumpuhannya dan betapa perlunya ada penjajah untuk membimbingnya.
Kesadaran seperti ini menjadi pemikiran Bung Hatta, untuk memerdekakan bangsa ini dari injeksi psikologis bangsa kolonial. Hal itu tertuang dalam pembelaan Bung Hatta di depan Pengadilan Den Haag, 9 Maret 1928.
Sistem kolonial  Belanda yang bertolak dari pendirian bahwa Indonesia harus terus menerus merupakan embel-embel daripada “Firma Nederland” tidaklah cocok untuk memupuk gairah kemerdekaan pada warga jajahannya yang bumiputera itu. Dari hari ke hari diperingatkan ke kaum bumiputera bahwa mereka tidak mempunyai kesanggupan untuk memimpin, mereka tidak cakap untuk mengambil inisiatif, sehingga mereka ditakdirkan untuk sejak dari kecilnya bekerja dibawah pimpinan bangsa Eropa. Injeksi ini melemahkan urat saraf orang-orang Indonesia yang lemah wataknya. Dan keragu-raguan orang-orang Indonesia akan kemampuan sendiri oleh penjajah dipupuk terus menerus dengan cara apa saja.
Seperti itulah pemikiran Bung Hatta terhadap bangsanya. Berdasakan pemikiran inilah perlahan-lahan menyadarkan Bangsa Indonesia, bahwa kita sudah terinjeksi secara psikologis oleh bangsa kolonial. Karenanya bangsa ini harus segera terlepas dari segala bentuk sugesti, bahwa bangsa Indonesia itu lemah.
Apa yang kita alami saat ini tidaklah jauh berbeda dengan apa yang dihadapi bangsa ini di waktu yang lalu, ketergantungan kita kepada bantuan asing begitu kuat, sehingga kita kurang memikirkan potensi sendiri, tidak pernah mau berusaha untuk bangkit,membangun semua kekuatan yang ada.
Kalau dulu bangsa ini terinjeksi secara psikologis, sekarang bangsa ini di injeksi secara finansial oleh asing, sehingga lebih senang hidup dibawah bayang-bayang bangsa asing, seperti yang Bung Hatta bilang, “Kelemahan bangsa ini terletak pada Wataknya”. Makanya Bung Karno pun pernah menuangkan gagasan “Nation and Character Building”.
Kesadaran untuk “Indonesia Medeka” , merupakan dorongan yang kuat bagi para pendiri bangsa ini, tidak saja memerdekakan dari penjajahan, tapi juga memerdekakan bangsa ini dari kelemahan dan kebodohan, betapa besar jasa mereka terhadap bangsa ini, tapi kenapa sekarang kita kembali menjadi bangsa yang bodoh dan lemah? Tak berdaya mengahadapi tekanan-tekanan dari negara-negara yang menginjeksi secara finansial? Kenapa kita tidak bergotong royong membangun kekuatan sendiri, membangun potensi bangsa, meningkatkan pendidikan, membangun moral bangsa yang sudah porak-poranda?
Karena kita sudah terbius oleh pesona kehidupan yang serba ada, sehingga tidak lagi mau berusaha, pola hidup yang senang berpoya-poya, sehingga lupa kalau kita ini adalah bangsa yang tidak berdaya dan lemah wataknya.
“Pendidikan terutama sekali harus menyadarkan pemuda bahwa tujuan hidupnya adalah Kemerdekaan Tanah Air. Dengan cara demikian kita memupuk warga negara yang cakap, yang siap berjuang untuk hadian yang tertinggi bagi Tanah Air kita,” seperti kata Bung Hatta.
Sumber: Buku Mahakarya SOEKARNO – HATTA Tonggak Pemikiran Bapak Bangsa
Editor :Suwidi Tono
Penerbit : PT. Perspektif Media Komunika.
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved