Sejarah Indonesia

Kala Preman dan Pria Bertato Sering Hilang di Era Soeharto, Sosok 'Petrus' Disebut Sebagai Algojonya

Kala Preman dan Pria Bertato Sering Hilang di Era Soeharto, Sosok 'Petrus' Disebut Sebagai Algojonya

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Penembak misterius 

Kala Preman dan Pria Bertato Sering Hilang di Era Soeharto, Sosok 'Petrus' Disebut Sebagai Algojonya

TRIBUNJAMBI.COM - Di era pemerintahan Soeharto, banyak preman yang meresahkan masyarakat.

Aksi mereka sudah kelewat batas sehingga pemerintah saat itu ambil sikap tegas dengan menurunkan penembak misterius.

Para preman di era 1980-an itu dikenal dengan sebutan GALI alias gerombolan anak liar yang menjadi perhatian khusus pemerintah Orba.

Akibat aksi mereka roda perekonomian RI sebenarnya sering terganggu.

Banyak dari para preman ini yang memanfaatkan kekuatan dan kekuasaan untuk menarik pungutan liar.

Baca: SEMPAT Nyalip Soeharto, Saat Orde Baru Nasib Jenderal Ini Pun Berakhir Menyedihkan

Baca: Saat Isteri Cantik Soekarno Diberi Tiga Pilihan Mengejutkan oleh Soeharto di Lapangan Golf

Baca: Diremehkan Karena Dianggap Indonesia Belum Merdeka, Jadi Pemicu Ajudan Soeharto Ngamuk di Belanda

Baca: Kala Soekarno dan Soeharto Ngebet Banget Beli Lukisan Pelukis Ini, Namun Antonio Blanco Menolaknya

Satu contohnya adalah kawasan terminal yang sudah dikuasai oleh para gali membuat para pengusaha bus terus mengalami kerugian, banyaknya begal yang membajak bus dan truk di jalanan, dan lainnya.

Presiden Soeharto lalu memerintahkan agar segera dibentuk tim yang beranggotakan aparat TNI/Polri ( saat itu ABRI) untuk melaksanakan operasi penumpasan kejahatan terhadap para begal yang makin marak dan merugikan.

Hingga tahun 1982, Polri di bawah pimpinan Kapolri Jenderal Awaloedin Djamin telah melakukan berbagai operasi penumpasan kejahatan.

Baca: Ancaman Ledakan Kapal Terlontar dari Mulut Seorang Kopaska TNI AL, ABK Perang Malaysia Sampai Ciut

Baca: 17 Kali Naik Pangkat, Kisah Preman Terminal Jadi Anggota Kopassus, Dulu Sempat Ditolak Berulang

Baca: Prabowo Sampaikan Ucapan Tegas di Instagram: Saya Tidak akan Pernah Tawar Menawar soal Cita-cita!

Baca: Sunan Kalijaga Minta Anaknya Pulang dan Sebut Ibunya Sakit, Salmafina Malah Hapus Postingan Ayahnya

Dilansir dari Surya.co.id, polri melancarkan Operasi Sikat, Linggis, Operasi Pukat, Operasi Rajawali, Operasi Cerah, dan Operasi Parkit di seluruh wilayah Indonesia serta berhasil menangkap 1.946 penjahat.

Meski sudah banyak penjahat yang diringkus, operasi penumpasan kejahatan terus berlanjut.

Seperti yang dilakukan oleh Komando Daerah Militer (Kodim) 0734 Yogyakarta di bawah pimpinan Kolonel Muhamad Hasbi.

Kolonel Hasbi saat itu (1983) menyatakan perang terhadap para preman atau gali yang aksinya makin meresahkan masyarakat Yogyakarta.

Baca: Seperti Ini Beda Sikap Rai dan Rian DMasiv Usai Bertengkar saat Konser, Ada yang Sampai Unfollow

Dia menggelar Operasi Pemberantasan Keamanan (OPK) yang bekerja sama dengan intelijen AD, AU, AL dan kepolisian.

Kodim Yogyakarta lalu melakukan pendataan terhadap para gali melalui operasi intelijen dan para gali yang berhasil didata diwajibkan melapor serta diberi kartu khusus.

Setelah mendapat kartu, para gali tersebut dilarang bikin ulah lagi dan harus mau memberitahukan dimana para gali lain yang tidak mau melapor.

Baca: Bukan Luhut Binsar, Ternyata Budi Gunawan yang Buat Jokowi & Prabowo Bertemu, Sosok Ini Beri Pujian

Para gali yang tidak melapor kemudian diburu oleh tim OPK Kodim untuk ditangkap dan bagi yang lari atau melawan akan langsung ditembak mati.

Mayat para gali yang ditembak mati dibiarkan tergeletak di mana saja dengan tujuan membuat jera (shock therapy).

OPK yang digelar aparat keamanan di Yogyakarta sudah diketahui oleh masyarakat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved