Pawai Topeng, Tradisi di Muaro Jambi Rayakan Lebaran Idul Fitri

Rabu (5/6) sekira pukul 14.00 tepat hari lebaran, cuaca Desa Muaro Jambi berawan dan tak begitu panas.

Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Jaka HB
Pawai topeng di Muaro Jambi saat rayakan Lebaran Idul Fitri. 

Pawai Topeng, Tradisi di Muaro Jambi Rayakan Lebaran Idul Fitri

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Rabu (5/6) sekira pukul 14.00 tepat hari lebaran, cuaca Desa Muaro Jambi berawan dan tak begitu panas. Hampir semua warga desa dari sembilan RT duduk di beranda masing-masing.

Dari kejauhan warga desa mendengar sayup-sayup suara gendang bercampur harmonika dan gong kecil. Mereka melongok ujung jalan asal suara tersebut. Belasan anak berlarian dari ujung jalan dikejar manusia bertopeng seram dengan rambut ijuk.

Semakin dekat dilihat, semakin banyak manusia bertopeng seram yang datang. Ada sekitar 20 jumlah mereka ditambah pemain musik dan pendamping yang membawakan minuman kalau-kalau rombongan bertopeng haus.

Mereka menghampiri rumah-rumah, menghibur pemilik rumah dengan berjoget atau menakut-nakuti anak kecil di rumah. Tak sedikit anak yang dibuatnya menangis dan beberapa orang dewasa tertawa sembari menenangkan anak-anak.

Baca: Aneka Seafood dalam Paket Ngariung di Infinity Hotel, Momen Lebaran Jadi Lebih Nikmat

Baca: Ayam Lilit Keju, Sajian Nikmat Infinity Hotel Jambi yang Menggugah Selera

Baca: Daftar Drama Korea yang Bakal Rilis Bulan Juni 2019, Ada 7 Drakor dari Fantasi hingga Romantis

Baca: Komunitas Zealous Generation, Selalu Action Tanpa Kebanyakan Mikir

Sambutan pemilik rumah pun hangat, mereka tertawa sembari memberikan sebuah amplop dan minuman kaleng di rumah mereka. Ada pula yang ikut berjoget sejenak. Salah satu pemain bertopeng membawa wadah untuk menampung amplop dan minuman kaleng. Khusus untuk minuman ada satu motor khusus membawa keranjang menampung minuman.

Setelah dua jam berkeliling mereka istirahat sejenak dan kemudian membawa topeng-topeng mereka ke panggung di kawasan Candi Muaro Jambi. Topeng-topeng itu dipasangkan di tiang lampu panggung dan dua spot foto dengan tulisan festival budaya solidaritas Desa Muaro Jambi yang akan diadakan hiburan untuk warga desa dan pengunjung Candi Mauro Jambi.

Topeng-topeng tersebut dibuat dari buah labu yang dikeringkan. Ahok selaku salah satu tokoh pemuda setempat menjelaskan filosofi topeng-topeng seram itu dari bahan dasar pembuatannya.

“Topengnya itu selalu dari labu yang dikeringkan. Kuat itu sering dipakai untuk wadah air,” kata Ahok.

Dia mengatakan dari fungsinya sebagai wadah air itu, topeng-topeng ini mempunyai nilai menyejukkan. Selain itu ijuk-ijuk yang menjadi rambut pemakai topeng karena sering dipakai untuk sapu dan bermakna membersihkan.

“Jadi membuat suasana sejuk dan bersih setelah lebaran, sebab pawai topeng ini selalu diadakan tepat hari lebaran,” kata Ahok.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved