Pemilu 2019

Dokter Ahli Syaraf ini Minta Otopsi Penyebab Ratusan Anggota KPPS Tewas, Sebut Ada Kelalaian

SEORANG dokter meminta dilakukan otopsi ratusan penyelenggara Pemilu 2019 meninggal yang diduga karena berbagai sebab.

Editor: andika arnoldy
KOMPAS.com/JESSI CARINA
Salah seorang dokter syaraf, Ani Hasibuan, mengadukan masalah banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia saat menjalankan tugas, kepada Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (6/5/2019). 

TRIBUNJAMBI.COM- SEORANG dokter meminta dilakukan otopsi ratusan penyelenggara Pemilu 2019 meninggal yang diduga karena berbagai sebab.

Komisi Pemilihan Umum atau KPU diminta bertanggung jawab atas tewasnya anggota KPPS atau  Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara maupun petugas Pilpres 2019 atau Pileg 2019 lainnya.

Dokter ahli syaraf Ani Hasibuan menduga ada unsur kelalaian dalam proses rekrutmen maupun proses lainnya yang menjadi penyebab ratusan anggota KPPS tewas.

Karena itu, Ani Hasibuan yang sudah lakukan investigasi di Yogyakarta, meminta agar dilakukan pemeriksaan dan bila perlu otopsi terhadap para korban penyelenggara Pemilu 2019 yang tewas itu.

Baca: Bahas Sosok Setan Gundul Pembisik Kemenangan 62% Prabowo, Sandiaga: Buka Topinya Tolong Disorot Itu!

Baca: Ahmad Dhani Tulis Surat Kecaman pada Dua Jenderal, Wiranto dan AM Hendropriyono, Pendukung Jokowi

Baca: UPDATE Real Count KPU Pagi Ini Data Masuk Situng 67 Persen, Selisih Suara Jokowi dan Prabowo 13 Juta

"Saya sejak awal sebagai dokter itu sudah lucu, ini bencana pembantaian atau pemilu, kok banyak amat yang meninggal. Orang pemilu kan happy mau dapat pemimpin baru atau gimana," ujar Ani Hasibuan.

Ani Hasibuan kemudian menunjukkan beberapa hasil investigasi di Yogyakarta yang ditampilkan di Tv One.

Kesimpulan hasil investigasinya tidak ada kaitan kelelahan dengan kematian anggota KPPS.

Artinya penyebab ratusan anggota KPPS tewas perlu diteliti lebih mendalam.

Ini beberapa data korban meninggal di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Nama Tg (52), asal Kabupaten Sleman, meninggal 19 April 2019 karena bunuh diri. Kemudian LS (60), Kabupaten Sleman, meninggal 23 April 2019 karena sakit. Nama SDT (51), Kabupaten Sleman, meninggal 22 April 2019 karena sakit dan terjatuh di kamar mandi.

BS, Kabupaten Sleman, meninggal 26 April 2019 karena kekelalahan setelah bekerja dan setelah itu sakit dan meninggal dunia. MS (63), Kabupaten Sleman, meninggal 22 April 2019. 

"Membunuh tanpa alasan 1 nyawa saja sama saja dengan membunuh satu dunia ini.  Ini ada 500 orang (meninggal) dan kita mau diam," ujar Ani Hasibuan dalam dialog di Tv One, Selasa (7/5/2019) malam.

"Yang ingin saya minta di sini, sebagai dokter sebagai rakyat, ayo dong diperiksa," tambah Ani Hasibuan. "Di Jogja ada korban, punya anak empat. Istri tidak kerja. Mau diapain sama negara tuh."

Tv One kemarin menggelar acara talk show 'Catatan Demokrasi Kita' yang membahas "Misteri Kematian Ratusan Petugas KPPS".

Pembicara acara itu adalah Direktur Lokataru Haris Azhar, pengamat politik Rocky Gerung, Politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu, komisioner KPU 2007-2012 I Gusti Putu Artha, dan dr Ani Hasibuan.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved