Kisah Pilu Caleg Gagal di Pemilu, Jual Ginjal untuk Bayar Utang Dana Kampanye Ratusan Juta Rupiah

Caleg yang gagal dalam pemilu legislatif kerap meninggalkan kisah pilu. Cerita seperti ini sudah seringkali terdengar.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
Kompas
Ilustrasi pemilih milenial 

Kisah Pilu Caleg yang Gagal di Pemilu, Jual Ginjal untuk Bayar Utang Dana Kampanye hingga Ratusan Juta Rupiah

TRIBUNJAMBI.COM - Caleg yang gagal dalam pemilu legislatif kerap meninggalkan kisah pilu. Cerita seperti ini sudah seringkali terdengar. 

Mereka gagal karena tak mendapat suara yang cukup untuknya lolos ke parlemen.

Kondisi ini tak jarang berujung pada kondisi kejiwaan dari "si caleg gagal", atau kadang juga keruntuhan kondisi ekonomi akibat dana besar yang digunakan untuk kampanye.

Apalagi, jika dana kampanye tersebut berasal dari utang yang jumlahnya sangat besar.

Seperti yang terjadi pda seorang caleg asal Pekalongan berikut ini pada pemilu legislatif 2014 silam.

Baca: Jadwal Misa Tri Hari Suci dan Paskah 45 Gereja Katolik di Semarang, Surabaya, Malang dan Jakarta

Baca: Jadwal Tahapan dan Urutan Pilpres 2019, dari Perencanaan hingga Pelantikan Presiden Wakil Presiden

Chandra Saputra (26), warga Pekalongan, Jawa Tengah, sudah 10 hari berada di Jakarta. Dikejar utang dana kampanye, caleg gagal ini ingin jual ginjal miliknya.

Ia mencalonkan diri sebagai caleg Dapil 4 Kabupaten Pekalongan, tetapi gagal mendapatkan suara yang bisa mengantarnya ke kursi DPRD sehingga kabur dari kampungnya di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, karena dikejar-kejar penagih utang.

Kepergiannya ke Jakarta hanya untuk menjual ginjalnya dan rencananya uang tersebut akan dipakai untuk melunasi sejumlah utangnya sekitar Rp420 juta.

Uang sebesar itu dipergunakan untuk biaya kampanye Pemilihan Caleg 2014 Dapil 4 Kabupaten Pekalongan.

"Saya dari tanggal 5 Mei sudah di Jakarta. Saya dari kampung di Kecamatan Cepu, naik kereta turun di Stasiun Jatinegara," ujarnya saat diwawancarai Warta Kota, Selasa (13/5/2014), di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, tempat ia mengasingkan diri.

Ia mengaku hanya membawa delapan setel di tas kopor berwarna coklatnya. Selain itu, tas hitam kecilnya untuk menyimpan satu charger untuk pengisian baterai gadget Samsung Mega dan BlackBerry Torch hitamnya.

Ia juga membawa baju batik warna biru ala Partai Demokrat serta celana bahan berwarna hitam.

"Awalnya, saya didorong masyarakat Pekalongan untuk menjadi calon anggota legislatif DPRD Kabupaten Pekalongan," tutur pemuda yang sudah tiga tahun bekerja sebagai asisten pribadi anggota DPR dari Partai Demokrat itu.

Baca: HORE, Menteri Keuangan Sri Mulyani: Sudah 93 Persen PNS Terima Pencairan Kenaikan Gaji Januari-April

Baca: Rebut Suara di Basis Prabowo, Jokowi Menang di TPS Sandi, Rizieq Shihab, Amien Rais, Tommy Soeharto

Dikejar Utang Dana Kampanye, Caleg Gagal Ingin Jual Ginjal

Sumber: Grid.ID
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved