Andrey Dolgov yang 10 Tahun Rampok Ikan Indonesia Ditangkap, TNI AL Beraksi Kepung Kapal
Harapan Andrey Dolgov lolos dari kejaran amat kecil. Sebuah drone dan pesawat pengintai berputar di atas kapal. Kapal TNI AL dengan cepat datang
Harapan Andrey Dolgov lolos dari kejaran amat kecil. Sebuah drone dan pesawat pengintai berputar di atas kapal tersebut. Kapal TNI AL dengan cepat mendekat, mengakhiri perangkap yang sudah dirancang selama berbulan-bulan.
TRIBUNJAMBI.COM - Di satu siang yang mendung pada April tahun lalu, Andrey Dolgov sebuah kapal ikan dengan haluan penuh karat menerjang ombak.
Air bercampur minyak terlihat menyembur dari lambung kapal itu setiap kali menghantam permukaan laut dalam upayanya menyelamatkan diri.
Melarikan diri?
Ya, di belakang kapal ini sebuah kapal ramping bersenjata lengkap milik Angkatan Laut Indonesia dengan cepat membuntuti.
Harapan kapal ini untuk lolos dari kejaran amat kecil. Kemudian sebuah drone dan pesawat pengintai berputar di atas kapal tersebut.
Kapal angkatan laut itu dengan cepat mendekat, mengakhiri perangkap yang sudah dirancang selama berbulan-bulan.
Kru kapal berkarat itu menyerah. Andrey Dolgov meyerah di tangan AL Indonesia.
Baca Juga:
Tangis Diah Pecah di Depan Rumah, TKW 12 Tahun Tak Pulang, Ternyata Tak Pernah Digaji Majikan
Awalnya Penghina Jokowi Pamer Uang di Facebook, Ternyata Maling 27 iPhone S Terbaru dan H0mo
Uniknya Lokasi Pernikahan Syahrini dan Reino Barack di Masjid Tokyo Camii? Sama dengan Maia-Irwan
Berikan Cinta untuk Yang Lain, Ramalan Zodiak 21 Februari 2019, Mengapa Cancer Sulit Move On
Andrey Dolgov, mungkin memang hanya sebuah kapal ikan berkarat. Namun, kapal dengan nomor lambung FN STS-50 ini dikejar berbagai negara di dunia.
Penangkapan ini mengakhiri pengejaran selama tiga pekan di seluruh Samudera Indonesia dalam sebuah operasi gabungan Interpol, Fish-i Africa.
Kapal yang juga dikenal dengan juga memiliki beberapa nama yaitu Ayda dan Sea Breeze 1 itu pernah ditangkap di Mozambik.
Kapal ini ditahan karena menggunakan sertifikat palsu yang menyatakan kapal itu berasal dari Republik Togo, juga di Afrika.
Saat diperiksa, petugas menemukan 600 jala yang bisa disebar sepanjang hampir 30 kilometer. Peralatan ini merupakan perangkat yang dilarang Komisi Konservasi Sumber Daya Laut Antartika (CCAMLR).
Faktanya, kapal ini sudah lama "mengobark-brik" sumber daya paling berharga di lautan yaitu ikan.