Kasak-kusuk Pemilih Menunggu "Saweran" Caleg
Kecurigaan Bawaslu Kota Jambi terkait pemilih pragmatis yang menunggu "saweran" caleg mulai terdengar kasak kusuk.
Penulis: Hendri Dunan | Editor: Teguh Suprayitno
Laporan wartawan Tribun Jambi Hendri Dunan Naris
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kecurigaan Bawaslu Kota Jambi terkait pemilih pragmatis yang menunggu saweran caleg mulai terdengar kasak-kusuk.
Beberapa waktu, dalam forum sosialisasi pemilihan di Lapas Kalas IIA Jambi, Ari Juniarman, Ketua Bawaslu Kota Jambi mengkhawatirkan sikap dari pemilih pragmatis yang menunggu adanya saweran dari para caleg untuk mendapatkan dukungan suaranya.
Tribun sendiri sudah mendapatkan sinyal itu di beberapa lokasi dalam Kota Jambi. Dalam perkumpulan kecil mereka sudah mulai menakar harga suara dan berharap mendapatkan sawer dari berapa orang. Bahkan ada yang membandingkan pendapatan hasil saweran mereka pada pemilihan sebelumnya.
Baca: Polres Kerinci Ketemu Tokoh Seleman, Runding Pemblokiran Jalan Nasional Dihentikan
Baca: Diguyur Hujan Terus-terusan, Jalan Menuju Objek Wisata Bukit Khayangan Tertimbun Longsor
Baca: Tak Terima Putusan PN Sungai Penuh, Warga Seleman Kerinci Blokir Jalan Nasional
Baca: Ulang Tahun ke-9, Tribun Jambi Gelar Jalan Santai Hadiahnya Rumah, Catat Tanggalnya
Sumber Tribun mengungkapkan bahwa mereka mengaku masih menunggu caleg mana yang akan masuk ke pemukiman mereka. Sebab, biasanya yang masuk namun tidak memberikan saweran maka mereka tidak akan mendapatkan suara.
"Biasanya kalau ada yang masuk akan mencari orang yang dipercaya untuk "bagi bagi"," ungkapnya.
Untuk koordinator nanti akan diberikan nilai yang lebih. Dan untuk pemilihnya sendiri akan dipukul rata agar tidak menimbulkan kecemburuan.
"Biasanya tiap rumah atau tiap kepala sama. Sebelumnya dapat Rp200ribu perkepala," katanya.
Bagi mereka tidak ada alasan untuk menolak uang. Tetapi bila ada beberapa orang yang akan memberikan saweran, mereka akan memilih yang terbesar. Terlebih bila mereka juga memberikan bantuan untuk keperluan bagi lingkungan juga. Maka mereka yang akan dicoblos.
"Kalau kami dibagi. Pastilah kami akan ajak orang lain untuk memilih dia juga, mengajak tetangga atau keluarga," ungkapnya.
Saat ditanyakan mengapa mereka tidak melaporkan perbuatan itu kepada petugas. Mereka mengaku membutuhkan saweran itu untuk kebutuhan. Dan biasanya yang menjadi sasaran saweran adalah dari keluarga yang menengah ke bawah. Tidak semua orang diberikan saweran karena khawatir juga aksi itu akan diungkapkan kepada pihak lain atau petugas.
"Tidak semua diberikan saweran. Karena koordinatornya dari warga setempat juga. Sehingga mereka sudah mengetahui siapa-siapa yang bisa diberikan dan rawan untuk diberikan saweran," terangnya.
Baca: VIDEO: Detik-detik Beruang Masuk Perkampungan di Jangkat
Baca: Dishub Tanjab Timur Tak Akan Buka Portal di Kampung Singkep, Kecuali Tiga Mobil Ini yang Lewat
Baca: Penemuan Kapal Karam Rusia Berusia 113 Tahun Ini Simpan Harta Senilai Rp 1.400 Triliun Lebih
Baca: Kambing dan Ayam Dimakan Beruang, Warga Lubuk Pungguk Was-was Bakal Diserang Beruang
Baca: 27 Orang Terjaring Operasi Antik 2019, Enam Orang Jadi Tersangka