Viral - Bocah Kelas III SD Jualan Cilok untuk Hidupi Adik-adiknya yang Berusia 7 Tahun dan 10 Bulan

Sudah dua bulan Putra merelakan waktu bermainnya untuk berjualan cilok tusuk menggunakan sepeda selepas pulang sekolah

Editor: Suci Rahayu PK
TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Muhammad Saputra (12), bocah penjual cilok tulang punggung keluarga asal Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Rabu (13/2/2019). 

Viral - Bocah Kelas III SD Jualan Cilok untuk Hidupi Adik-adiknya yang Berusia 7 Tahun dan 10 Bulan

TRIBUNJAMBI.COM, PONDOK AREN - Bocah bernama Muhammad Saputra (12), siswa kelas III SD 01 Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel), sekilas terlihat seperti anak-anak pada umumnya yang lincah dan murah senyum kepada siapa saja.

Namun di balik senyumnya, ia menanggung beban yang luar biasa, untuk menghidupi dua adiknya yang masih kecil, Renaldi Setiawan (7) dan si bungsu Arsyad Nurardiansyah yang masih berusia 10 bulan.

Baca: Lowongan Kerja 2019 - PT KAI Buka Lowongan Kondektur untuk Lulusan SMA Syarat hingga Gaji Setara PNS

Baca: LINK Live Streaming Tottenham vs Borussia Dortmund di Vidio.com, Pukul 03.00

Baca: Diputar di Bioskop Kamis (14/2) - Sinopsis Film The Man From The Sea, Kisah Tsunami Aceh & Jepang

Sudah dua bulan Putra merelakan waktu bermainnya untuk berjualan cilok tusuk menggunakan sepeda selepas pulang sekolah, hingga larut malam demi mencari uang untuk kehidupan sehari-hari.

Ayahnya, Rawin, meninggal karwna sakit paru-paru sekira satu tahun lalu. Sedangjan ibunya, Siti Nurhayati harus tutup usia ketika melahirkan Arsyad.

Sementara Putra berkeliling berjualan cilok mencari rupiah, sang kakak, Siti Julaiha (17) mengurus si bungsu di rumah.

Muhammad Saputra (12), bocah penjual cilok tulang punggung keluarga asal Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Rabu (13/2/2019). (TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir)
Muhammad Saputra (12), bocah penjual cilok tulang punggung keluarga asal Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Rabu (13/2/2019). (TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir) ()

Julaiha sudah menikah, dan suaminya bekerja sebagai sopir angkot. Mereka semua tinggal di rumah semi permanen berukuran sekira 2x6 meter di kawasan pengepul rongsok di bilangan RT 02 RW 02 Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangsel.

Julaiha menyebut modal awal berjualan cilok itu sekira Rp 200 ribu. Putra yang sekolah pada siang hari, akan diantarkan ciloknya oleh Julaiha pada pukul 14.30 WIB saat jam istirahat.

"Modalnya sekitar Rp 200 ribu," ujar Julaiha yang sedang menggendong Arsyad di rumahnya.

Pulang sekolah, pukul 17.00 WIB, bocah mandiri itu akan berkeliling sekitar Bintaro menjajakan cilok tusuknya menghunakan sepeda.

Sepeda tua yang catnya sudah tak terlihat warnanya lagi itu dimodifikasi sedemikian rupa, agar di bagaian boncengannya bisa terpasang keranjang untuk membawa cilok.

Baca: 5 Ide Merayakan Valentine Untuk Pasangan LDR, Bikin Berjauhan Terasa Dekat di Hati

Baca: Ogah Ikut Nasihat LB Moerdani, Pak Harto Tumbang dari Kekuasaannya: Belakangan Dia Menyesal

"Sampai jam 12 malam, kadang kalau jam sembilan sudah habis ya pulang," ujar Putra saat ditemui di kediamannya.

Sehari ia membawa 250 tusuk cilok. Putra menjual ciloknya seharga Rp 2 ribu per tusuk. Namun laiknya orang dagang, tidak jarang ciloknya tidak laku.

"Biasanya kalau enggak habis, dikasih ke tetangga," ujarnya.

Bocah yang sekolahnya harus tertunda karena pulang kampung itu, juga harus merasakan pedihnya diusir petugas keamanan saat berkeliling jualan cilok di wilayah yang dikuasai pengembang swasta itu.

"Sering diomel-omelin kalau jualan. Iya sama petugas keamanannya di Bintaro," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Viral Sosok Putra, Siswa Kelas III SD yang Jualan Cilok hingga Larut Malam Demi Hidupi Adik-adiknya,

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved