Misteri Kematian Jamal Khashoggi - AS Sebut Putra Mahkota Arab Saudi, MBS Mau Kejar Pakai Peluru
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) disebut mau mengejar jurnalis Jamal Khashoggi dengan peluru.
Misteri Kematian Jamal Khashoggi - Intelejen AS Sebut Putra Mahkota Arab Saudi, MBS Mau Kejar Pakai Peluru
TRIBUNJAMBI.COM - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) disebut mau mengejar jurnalis Jamal Khashoggi dengan peluru.
Dilansir oleh TribunWow.com dari The Guardian, Kamis (7/2/2019), hal itu disampaikan media Amerika Serikat berdasarkan sumber dari intelejen, yang menyadap percakapan antara Mohammed bin Salman dengan seorang asistennya pada 2017 silam.
Baca: 5 Zodiak yang Diramal Ketemu Cinta Baru di Tahun 2019, Siapa Aja Ya?
Baca: Sangar saat Unboxing Motor Ketika akan Ditilang, Adi Saputra Nangis-nangis saat Ditangkap Polisi
Baca: Parodi Dilan 1991 - Dilan Versi Bocah Kalau Kamu Nyolong Mangga . . . Aku Ikutlah
Ancaman MBS itu terlontar satu tahun, sebelum Jamal Khashoggi ditemukan tewas di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Berdasarkan laporan itu, Mohammed bin Salman disebut siap membunuh Jamal, meskipun tidak bermaksud untuk menembaknya.
Menurut New York Times, setelah menyangkal tahu soal hilangnya Jamal Khashoggi, kerajaan (Arab) akhirnya mengakui bahwa sebuah tim membunuhnya di dalam misi diplomatik.
Meski demikian, pihak Arab Saudi membantah putra mahkota terlibat di dalamnya.
Sementara itu, penyadapan percakapan oleh badan intelejen AS merupakan bagian dari upaya rutin oleh badan kemanan nasional dan lembaga lain, untuk menangkap dan menyimpan komunikasi para pemimpin global, termasuk bersekutu.
Namun, percakapan itu baru-baru ini ditranskrip.
Lantaran meningkatnya upaya intelijen AS untuk menemukan bukti konklusif yang menghubungkan sang pangeran dengan pembunuhan Khashoggi.
Baca: Membuat Bahagia hingga Sehat Sepanjang Hari, Ini 10 Khasiat Madu!
Baca: Dituduh Saracen, Akun Dihapus Facebook, Abu Janda Tuntut Mark Zuckerberg Rp 1 Triliun
Pembicaraan itu terjadi antara putra mahkota dan seorang ajudan, Turki Aldakhil, pada September 2017 - sekitar 13 bulan sebelum pembunuhan.
Pangeran mengatakan bahwa jika Khashoggi tidak bisa dibujuk untuk kembali ke Arab Saudi, maka dia harus dibawa kembali dengan paksa.
Jika tidak ada satu pun dari metode itu yang berhasil, maka ia akan mengejar Khashoggi "dengan peluru".
Laporan itu muncul setelah seorang ahli hak asasi manusia PBB yang menyelidiki kasus itu mengatakan, rezim Saudi "secara serius membatasi dan merusak" penyelidikan Turki terhadap pembunuhan Khashoggi .
Agnes Callamard, seorang pelapor khusus PBB tentang pembunuhan di luar proses hukum, mengatakan pembangkang Saudi dan kolumnis Washington Post (Jamal Khashoggi) adalah korban dari "pembunuhan brutal, terencana yang direncanakan dan dilakukan oleh pejabat negara bagian Arab Saudi".
