Kopassus Nyaris Gagal Bebaskan Sandera di Pesawat Garuda Indonesia GA-206, Gegara Ganti Senapan
TNI langsung mengerahkan pasukan antiteror Kopassus di bawah komando tokoh intelien Mayjen TNI Benny Moerdani untuk melaksanakan operasi pembebasan
Kopassus Nyaris Gagal Bebaskan Sandera di Pesawat Garuda Indonesia GA-206, Gegara Ganti Senapan
TRIBUNJAMBI.COM - Kisah heroik yang melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) cukup banyak beredar.
Mulai pembebasan sandera hingga pengusiran tentara negara lain yang masuk wilayah Indonesia.
Tanggal 23 Maret 1981, pesawat komersil Garuda Indonesia DC-9 'Woyla' dengan 48 penumpang dibajak lima teroris.
Baca: Bertaruh Nyawa! Pratu Stanley Prajurit Kopassus yang Merayap dari Serbuan Peluru GAM Demi Sosok ini
Baca: OTT KPK di Lampung, Kepala Daerah dan Swasta Diamankan, Diduga Terkait Proyek di Mesuji
Baca: Ahok Bebas, Ini yang Dilakukan Dua Anak dan Mantan Istrinya Veronica Tan
Karena urusan bahan bahan, bandara itu terpaksa mendarat di Bandara Don Muang, Thailand.
TNI langsung mengerahkan pasukan antiteror Kopassus di bawah komando tokoh intelien Mayjen TNI Benny Moerdani untuk melaksanakan operasi pembebasan sandera.
Pasukan yang dikomandani Kolonel Sintong Panjaitan itu kemudian melakukan berbagai latihan agar operasi pembebasan sandera berhasil dalam hitungan menit.
Karena jika operasi berlangsung lama, lebih dari lima menit misalnya, para penyandera bisa memiliki waktu lebih untuk melakukan perlawanan.
Imbasnya, bisa memakan korban jiwa lebih besar.
Ketika sekitar 30 personel pasukan antiteror latihan, mereka menggunakan senapan serbu M16A1 buatan Amerika.
Sekadar informasi, senapan serbu ini begitu populer saat Perang Vietnam meletus.
Namun, senapan M16A1 sebenarnya kurang cocok untuk digunakan dalam pertempuran jarak dekat dan efek dari tembakan pelurunya pun bisa merusakkan pesawat.
Bagaimanapun juga, tujuan operasi pembebasan sandera di pesawat DC-9 selain untuk menyelamatkan penumpangnya juga menyelamatkan pesawat agar bisa dioperasikan lagi.
Oleh karena itu Mayjen LB Moerdani kemudian menggantikan senapan M16A1 dengan senapan serbu H&K MP5 SD-2 buatan Jerman ketika operasi.
Senapan baru itu sangat cocok untuk pertempuran jarak dekat dan pelurunya yang dibuat secara khusus dan tidak akan merusak pesawat.
