Ternyata Anak Krakatau Terus Tumbuh Membesar, Mengulang Peristiwa 1883? Ini Prediksi Para Ahli

Anak gunung api ini tumbuh 4 m per tahun dan mempesona banyak orang. Kini pertumbuhan Anak Krakatau terbilang cepat.

Editor: Nani Rachmaini
Instagram/didikh.017
Erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018) 

Anak Krakatau Tumbuh Cepat, Mengumpulkan Energi Mengulang Peristiwa 1883? Ini Prediksi Para Ahli

TRIBUNJAMBI.COM - Tsunami Banten/ Selat Sunda pada Sabtu (22/12) diduga karena longsornya material sedimen di sekitar Gunung Anak Krakatau di bawah laut.

BMKG juga mendeteksi anak Krakatau erupsi pada pukul 21.03 WIB dan mengakibatkan peralatan seismograf rusak.

Nyatanya, erupsi Anak Krakatau sudah terjadi saban hari sejak 29 Juni 2018.

Dikutip dari Geo Magz, Majalah Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gunung Anak Krakatau lahir pada 15 Januari 1929.

Baca: Suara Dentuman Misterius Terdengar di Purwakarta, Sumsel, Cianjur, dan Bandung

Baca: Usia Sudah 60 Tahun dan Sempat Tak Tahan Bau Mayat, Defit Tak Henti 24 Jam Bantu Korban Tsunami

Ia lahir setelah 'orang tuanya' meletus pada tahun 1883 yang menewaskan 36 ribu jiwa.

"Pada 20 Januari 1929, asap meniang keluar dari tumpukan material gunung api yang baru muncul di permukaan, yang mulai tumbuh dari kedalaman laut 180 m."

"Itulah gunung yang baru lahir yang diberi nama Gunung Anak Krakatau. Anak gunung api ini tumbuh 4 m per tahun dan mempesona banyak orang," demikian adalah pernyataan yang ditulis dalam majalah milik Kementerian ESDM itu.

Sejak muncul ke permukaan laut, kini pertumbuhan Anak Krakatau terbilang cepat.

Selama 80 tahun, pada 2010 saja tingginya sudah mencapau 320 meter dpl.

Baca: Yenny Wahid Beberkan Makna Sedih Lagu Seventeen Kemarin yang Disebut Untuk Mengenang Gus Dur

Estimasi pertumbuhannya mencapai 4 meter pertahun.

Hal ini mengkhawatirkan para ahli jikalau Anak Krakatau bakal mengikuti jejak mendiang orang tuanya, meletus hebat pada 27 Agustus 1883.

"Melihat pertumbuhan kerucut Gunung Anak Krakatau yang sangat cepat, semakin tinggi dan besar, maka bencana seperti yang pernah terjadi pada 1883 letusan dapat terulang kembali."

"Meskipun demikian, besarnya tubuh suatu gunung api bukan penentu besarnya ancaman bahaya yang akan terjadi."

"Ancaman itu meskipun masih jauh di depan mata, tetapi apabila hal tersebut benar-benar terjadi, maka bencana itu akan melanda kawasan Selat Sunda," demikian laporan yang tertulis dalam majalah tersebut.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved