Harga Pupuk Mahal, Harga TBS Anjlok, Petani Sawit di Muarojambi Menjerit

"Ya, harapan kita supaya harga naik. Jadilah di harga kemarin, jangan turun lagi. Itu lah cuma harapan kami sebagai petani sawit," tutur Jancik

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Deni Satria Budi
tribunjambi/syamsul bahri
Harga sawit anjlok, sementara harga pupuk mahal. Keadaaan ini membuat petani sawit di Muarojambi menjerit 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Samsul Bahri

TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI - Anjloknya harga tandan buah segar (TBS) atau kelapa sawit belakangan ini, di wilayah Kabupaten Muaro Jambi, membuat para petani sawit mengeluh. Para petani berharap kepada pemerintah dan isntansi terkait bisa segera bertindak mengatasi harga sawit yang murah.

Seperti yang diungkapkan seorang petani sawit Jancik (55) warga Desa Tarikan, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muarojambi. Ia mengatakan, sekitar dua minggu lalu harga sawit masih naik dari Rp500 rupiah ke Rp 725.

"Iya, kalau dua minggu kemarin adalah sedikit bernafasnya naik ke Rp 725 rupiah. Lah sekarang jadi Rp550 rupiah, lah turun lagi. Kek mano hargo sawit naik turun kek gini," keluhnya.

Petani sawit di Sungai Bahar, Muarojambi
Petani sawit di Sungai Bahar, Muarojambi (tribunjambi/syamsul bahri)

Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa harga sawit diharga Rp725 rupiah, baru ia rasakan beberapa bulan terakhir. Dan, saat ini ia merasakan kembali harga sawit yang lebih murah.

"Ya, harapan kita supaya harga naik. Jadilah di harga kemarin, jangan turun lagi. Itu lah cuma harapan kami sebagai petani sawit," tutur Jancik, berharap.

Hal senada juga dikatakan oleh Gio, warga Sungai Bahar Utara. Ia menjelaskan bahwa harga sawit di daerah Sungai Bahar dibeli oleh taoke sawit seharga Rp 800 rupiah. Namun, ia mengungkapkan bahwa di daerah Sungai Bahar harga masing-masing daerah berbeda.

Baca: Razia Gabungan di Muarojambi, 30 Kendaraan Ditindak, Petugas Juga Incar Plat Luar Jambi

Baca: Petani Sawit di Bungo Dapat Bantuan Peremajaan Sawit, Rp 25 Juta per Hektar

Baca: Juara Piala Suratin U13, SSB Gelora Karya: Pentingnya Dukungan Keluarga & Lingkungan dalam Olahraga

"Emang beda-beda harganya di daerah Kecamatan Bahar Tengah, harga Rp700. Di bagian Kecamatan Bahar Selatan, lebih murah lagi sekitar Rp 600 an. Kalau di Bahar Utara masih lumayan harganya Rp 800," ujarnya, Kamis (13/12/2018).

Ia menjelaskan bahwa dengan harga yang saat ini kian murah sangat berdampak dengan petani sawit karena tidak sesuai dengan harga kebutuhan sembako yang mahal. Selain harga sembako, harga pupuk di ungkapkan oleh Gio, juga ikut naik.

"Harga pupuk pun sangat melonjak tinggi. Sampai saat ini petani banyak yang tidak bisa memupuk sawit lagi. Harga sawit pun tidak ada perubahan sampai saat ini," terangnya.

Lebih lanjut dengan kelapa sawit yang tidak di pupuk ternyata berdampak pada hasil buah dari kelapa sawit. Ia mengaku biasanya setiap kali panen itu bisa melebihi dari satu ton. Sementara itu, terkait dampak lain dengan harag tersebut, Gio mengatakan bahwa hasil yang didapat hanya bisa untuk makan saja.

"Banyak yang mogok karena sawit tidak terpupuk tidak keluar buah, jadi dapatnya kurang dari 1 ton per dua minggu. Jadi, hasil hanya bisa untuk makan tidak bisa lebih," imbuhnya.

Dirinya berharap kepada pemerintah dan pihak terkait lainnya bisa menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh petani sawit ini.

"Saya berharap pemerintah dan aparat terkait bisa menormalkan kembali harga buah sawit ini, khususnya pemerintah kabupaten muaro jambi dan provinsi jambi, kalau harga normal," pungkasnya. (*)

Baca: Harga TBS di Tebo Cenderung Anjlok. Pemerintah Belum Tahu Sampai Kapan Harga TBS Turun

Baca: Dihargai Rp500 Perkilo. Petani Sawit di Tanjab Barat Menjerit

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved