Siapakah Maria Walanda Maramis yang Tampil di Google Doodle 1 Desember?

Sosok perempuan tampil di Google Doodle 1 Desember 2018. Itu merupakan Maria Walanda Maramis, Pahlawan Nasional Indonesia.

Editor: Duanto AS
Capture Google
Maria Walanda Maramis di Google Doodle 1 Desember 2018. 

Sosok perempuan tampil di Google Doodle 1 Desember 2018. Itu merupakan Maria Walanda Maramis, Pahlawan Nasional Indonesia.

TRIBUNJAMBI.COM - Sosok perempuan tampil di Google Doodle 1 Desember 2018. Itu merupakan Maria Walanda Maramis, Pahlawan Nasional Indonesia.

Mungkin tak banyak orang mengetahui Maria Walanda Maramis,

Siapakan Maria Walanda Maramis yang tampil pada Google Doodle?

Maria Walanda Maramis lahir dengan nama lengkap Maria Josephine Catherine Maramis.

Dia lahir di Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember 1872.

Maria Walanda Maramis merupakan seorang Pahlawan Nasional Indonesia, karena usahanya mengembangkan keadaan perempuan di Indonesia pada awal abad ke-20.

Baca Juga:

Menahan Sakit & Sedih, Anggota Kopassus ini Rela Bertahan Diantara Jasad Rekannya yang Membusuk

FOTO: Mengenal Ibu Tiri Zumi Zola, Ratu Munawaroh, Sosok yang Menangis di Atas Peti Zulkifli Nurdin

FOTO-FOTO Anak-anak Zumi Zola, Sherrin Tharia dan Ratu Munawaroh Menangis di Atas Peti Jenazah

Maria Walanda Maramis merupakan sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.

Maria Walanda Maramis pun hidup dalam falsafah memuliakan manusia yang lain itu.

Satu abad silam, di tengah belenggu kolonialisme Belanda, Walanda sudah giat mendidik kaum perempuan.

Aktivitas mengajar dilakukan Walanda saat berusia 18 tahun, tak lama setelah menikah dengan seorang guru, Jozef Frederik.

Maria Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis di Google Doodle 1 Desember 2018. (Capture Google)

Sulitnya mengenyam pendidikan tinggi mendorong Walanda untuk berbagi keterampilan dengan perempuan di sekitar rumahnya di Airmadidi dan Maumbi, Minahasa Utara, 10 kilometer arah timur Manado.

Larangan dan tekanan dari Belanda tak membuat Walanda gentar.

Diam-diam ia berkeliling dari kolong rumah panggung ke kolong rumah panggung yang lain untuk mendidik para perempuan menyulam, memasak, hingga membuat kue.

Pada masa itu, keterampilan menjadi modal berharga di tengah keterbatasan akses pendidikan.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved