GALERI FOTO: Mengantar Ajal ke Puncak Everest, Ratusan Jasad Tidak Dievakuasi
Menaklukkan Gunung Everes menuntut tekad, ketekunan dan keberanian bagi pendaki-pendaki gunung. Bahkan mereka harus siap
Penulis: Fifi Suryani | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM - Menaklukkan Gunung Everes menuntut tekad, ketekunan dan keberanian bagi pendaki-pendaki gunung. Bahkan mereka harus siap mempertaruhkan nyawa untuk sampai di Puncak Everest berketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut.
Berbagai kisah tragis ekspedisi mengiringi kisah bahagia dan duka untuk mencapai impian ke puncak.
Untuk sampai ke Puncal Everest ada dua dua rute pendakian, punggungan tenggara Nepal dan pegunungan barat laut Tibet.
Baca: Hantu Gunung Geleng-geleng Lihat Kenekatan Anggota Kopassus Naik Puncak Everest, Iwan Selamat
Rute dari punggungan tenggara secara teknis lebih mudah karena sering digunakan oleh pendaki.
Pendakian ke Puncak Everest pertama dilakukan oleh Edmund Hillary pada tahun 1953 dan sejauh ini lebih dari 280 orang telah dilaporkan tewas ketika mendaki Gunung Everest.
Di antara kasus kematian akibat peristiwa hujan salju, luka akibat jatuh, pukulan air, badai salju dan masalah kesehatan yang disebabkan oleh cuaca ekstrem di gunung ini.
Berdasarkan jumlah kematian, apakah semua mayat yang ditemukan akan diturunkan oleh tim penyelamat?
Jawabannya tidak.
Mayat-mayat para pendaki yang tewas akan ditinggalkan tanpa dijaga karena proses menurunkan mayat sulit karena kondisi cuaca yang ekstrem.
Namun, beberapa orang berhasil dibawa pulang atas permintaan anggota keluarga.
Baca: Sosok Wanita Pertama Taklukkan Gunung Everest: Bang Sandiaga ke Jogja, Sini Mampir ke Tempat Saya
Baca: Detik-detik Tiga Prajurit Kopassus Taklukkan Puncak Everest, Asmujiono Teriak Allahu Akbar, Komando!
Mengutip BBC tulisan Rachel Nuwer, mayat pendaki dan pengangkat beban biasa ditemukan dalam rengkahan, terkubur di dalam gelonsoran salju dan ditemukan di dasar jurang.
Mayat yang tak terhitung jumlahnya di puncak dan pendaki kadang harus melangkahi mayat-mayat itu untuk mencapai puncak Everest.
Tiba di 'zona kematian' di bagian puncak, jika tubuh tidak dapat bertahan pasti akan mati, jika beruntung, mereka akan bertahan hidup.
Di antara faktor-faktor kematian adalah kelelahan, pembekuan darah di otak, terperangkap di salju dan jatuh atau cedera kepala.
Baca: Saat Kopassus Jalani Misi Non-Militer ke Gunung Everest dan Kisahnya Sampai Mendunia
Baca: The Ghost of Everest Jalan Bareng Anggota Kopassus, Taklukkan Puncak Everest
Baca: Legenda Hantu Gunung Everest Akhirnya Acungi Jempol Anggota Kopassus, Iwan Sempat Oleng
Sumber: BBC
