Kisah Tragis Amal Hussain, Bocah 7 Tahun Gambaran Mengerikan Korban Perang Saudara di Yaman
Sebuah potret gadis yang kelaparan diterbitkan di The New York Times minggu lalu menarik tanggapan yang beragam dari para pembaca.
TRIBUNJAMBI.COM - Foto memilukan dari Amal Hussain, bocah berusia 7 tahun yang berbaring dengan tenang di tempat tidur rumah sakit di Yaman Utara, tampaknya membuat orang tak tega dengan keadaan di negaranya yang sedang dilanda perang.
Sebuah potret gadis yang kelaparan diterbitkan di The New York Times minggu lalu menarik tanggapan yang beragam dari para pembaca.
Baca: Gaji Pokok PNS, TNI dan Polri Naik Tahun 2019, Segini Kenaikannya
- Mereka menyatakan patah hati.
- Mereka menawarkan uang untuk keluarganya.
- Mereka menanyakan keadaannya.
Kabar buruknya, pada hari Kamis, keluarga Amal mengatakan dia telah meninggal di sebuah kamp pengungsi yang 'compang-camping', empat 6,4 km dari rumah sakit.
"Hatiku hancur," kata ibunya, Mariam Ali, yang menangis saat wawancara telepon.

"Amal selalu tersenyum. Sekarang saya khawatir untuk anak-anak saya yang lain."
Gambar-gambar dari Yemenis yang kekurangan gizi seperti Amal - satu dari 1,8 juta anak-anak yang kekurangan gizi parah di Yaman - telah menempatkan manusia ketakutan bahwa bencana kelaparan 'buatan manusia' dapat menelan negara itu dalam beberapa bulan mendatang.
Baca: Jadwal Siaran Langsung Liga Inggris 3-6 November 2018, Laga Panas Arsenal Vs Liverpool Malam Ini
Dalam perjalanan ke Yaman untuk melihat korban perang yang telah terjadi, Amal ada di sebuah pusat kesehatan di Aslam, 90 mil barat laut ibu kota, Sana.
Dia berbaring di tempat tidur bersama ibunya.
Perawat memberinya makan setiap dua jam dengan susu, tetapi dia muntah secara teratur dan menderita diare.
Dr. Mekkia Mahdi, dokter yang bertanggung jawab, duduk di samping tempat tidurnya, membelai rambutnya.
Dia menarik kulit lembek lengan Amal yang seperti 'tongkat'.
Baca: Bisnis Melahirkan Laris di Rusia Karena Kejar Kewarganegaraan AS, Bikin Donald Trump Geram
"Lihat," katanya.
"Tidak ada daging. Hanya tulang."
Ibu Amal juga sakit, pulih dari serangan demam berdarah yang kemungkinan besar berasal dari nyamuk yang berkembang biak di genangan air di kamp mereka.
Serangan udara dari Saudi telah memaksa keluarga Amal untuk meninggalkan rumah mereka di pegunungan tiga tahun lalu.