Diperiksa Tim Saber Pungli, Begini Penjelasan Kepsek SDN 66 Sengeti
Tim Saber Pungli Muarojambi tengah mendalami kasus dugaan pungli yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SD Negeri 66 Sengeti.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Teguh Suprayitno
Laporan Wartawan Tribun Jambi Samsul Bahri
TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI - Tim Sapu Bersih Pungutan Liar (saber pungli) Kabupaten Muarojambi, tengah mendalami kasus dugaan pungli yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SD Negeri 66 Sengeti terhadap siswanya.
Ketua Tim Saber Pungli Kabupaten Muarojambi, Kompol Lukman mengatakan, Kepsek SD N 66 Sengeti telah diperiksa terkait kasus terbesut. Hingga aat ini pihaknya masih terus melakukan pendalaman.
"Pendalaman kasus ini akan kita lakukan secepatnya." terangnya ketika dihubungi via telepon, Kamis (1/11).
Kepala sekolah SD N 66 Sengeti, Johan, yang dikonfirmasi Tribunjambi.com tidak menampik akan hal tersebut. Ia mengatakan jika pungutan itu atas kemauan dari orangtua wali murid. Ia juga sudah menjelaskan kepada orangtua atau wali murid bahwa SD N 66 Sengeti tidak memiliki ruang kosong untuk menerima siswa baru yang dalam hal ini siswa pindahan.
"Kita sudah jelaskan kelas sudah penuh dan sudah tidak ada bangku yang kosong lagi. Tapi orangtua dari siswa masih maksa agar anaknya bisa sekolah di SD ini dan sanggup untuk membeli bangku baru, asal anaknya bisa diterima," ujarnya.
Lebih lanjut Johan menjelaskan, bahwa Ia telah menawarkan kepada orangtua siswa untuk tidak membeli bangku baru, dan disarankan untuk memperbaiki bangku sekolah yang rusak. Untuk itu siswa ada yang membayar hingga Rp 300 ribu.
"Sayo bilang baikin bae bangku-bangku yang ada tapi rusak dan terkumpulah uang sejumlah Rp 1,1 juta dari 7 orang tua wali murid. Ada yang bayar Rp 100 ribu, ada yang Rp 150 ribu, ada yang Rp 300. Uang itu sudah saya serahkan semuanya pada tukang untuk memperbaiki bangku-bangku yang rusak tersebut," terangnya.
Dia mengaku bahwa tidak menyangka jika ini memberatkan orangtua siswa. Pasalnya menurut dia, orangtua telah sepakat dan pada saat itu tidak merasa keberatan.
"Kalo saya nolak, saya nyuruh anak dak belajar. Bangku jugo sudah ado, anak jugo sudah belajar. Sebelumyo orangtuo wali murid jugo dak keberaran waktu itu. Sayo siap untuk mengembalikan semua uang tersebut kepada masing-masing orang tua wali murid yang sudah membayar," pungkasnya.