Diprediksi Berhasil Hanya 50:50, Lewat Misi ini Kopassus Jadi Pasukan Elit yang Mengerikan di Dunia

Pesawat yang dipiloti oleh Herman Rante itu kemudian dipaksa mengalihkan penerbangan ke Colombo, Srilanka.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Wikipedia
Kopassus 'si Baret Merah' 

TRIBUNJAMBI.COM - Pada Sabtu 28 Maret 1981 pesawat Garuda GA-206 ‘Woyla’ rute penerbangan Jakarta-Medan setelah transit di Palembang dibajak oleh 5 orang yang menamakan diri Komando Jihad.

Pesawat yang dipiloti oleh Herman Rante itu kemudian dipaksa mengalihkan penerbangan ke Colombo, Srilanka.

Tapi Herman menjelaskan bahwa bahar bakar pesawat tidak cukup dan akhirnya pesawat mendarat di Penang, lalu menuju Bandara Don Muang, Bangkok.

Pembajak menuntut pemerintah Indonesia membebaskan 80 anggota Komando Jihad yang dipenjara karena beberapa kasus.

Baca: Doktrin Mengerikan Jadi Anggota Kopassus, Berbekal Sebilah Pisau Dituntut Menangi Pertempuran

Baca juga: Kopassus, Pasukan Komando yang Biasa Melaksanakan Operasi Senyap Penuh Rahasia dan Minim Publikasi tapi Hasil Maksimal

Antara lain penyerangan Mapolsek Pasir Kaliki, Teror Warman di Raja Paloh dan aksi lainnya sepanjang 1978-1980. Selain itu, mereka juga meminta uang USD 1,5 juta (sekitar Rp 20 milliar saat ini).

Presiden Soeharto kemudian menjawab tuntutan itu dengan aksi militer dipimpin oleh Asintel Panglima ABRI Mayjen Benny Moerdani.

Tapi dalam keterangannya Benny menjelaskan bahwa operasi militer keberhasilannya adalah 50:50.

Artinya operasi bisa berhasil tapi akan ada jatuh korban yang banyak mengingat semua pembajak bersenjata api dan ada yang memegang granat.

Baca: Juru Bicara Prabowo Sebut Pidato Jokowi Tidak Dipahami Petani, Johan Budi: Kelas Dunia

Baca juga: Pasukan Elite Inggris SAS Memang Sangat Hebat, tapi Mereka Pernah Gentar kepada Kopassus

Pasalnya jika sampai granat meledak dalam pesawat, korban yang jatuh juga akan banyak.

Lagipula saat itu seluruh kekuatan pasukan ABRI sedang menggelar latihan gabungan di Ambon. Begitu juga dengan para prajurit Kopasandha (Kopassus).

Para pasukan Kopassus yang sudah mendapatkan latihan antiteror juga sedang mengikuti Latgab di Ambon.

Sedangkan perwira paling senior di Markas Baret Merah di Jakarta tinggal Letkol Sintong Panjaitan.

Baca: Misi Sukses Kopassus yang Sempat Gagal Karena Pergantian Senjata, Hingga LB Moerdani Berang

 
Perwira menengah tersebut tak ikut ke Ambon karena kakinya sedang patah saat mengikuti latihan terjun payung. Untuk berjalan saja, Sintong harus dibantu tongkat.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved