Di Indonesia Sempat Terkenal, Ponsel Buatan China ini Kini Menghilang Gara-gara Xiaomi
Misalnya Nokia, siapa yang menyangka bahwa raksasa yang berkuasa selama kurang lebih satu dekade ini ternyata tumbang.
TRIBUNJAMBI.COM - Pertumbuhan pasar smartphone memang tak pernah bisa diperdiksi, ada yang sebelumnya memang perkasa di pasar namun perlahan tumbang.
Misalnya Nokia, siapa yang menyangka bahwa raksasa yang berkuasa selama kurang lebih satu dekade ini ternyata tumbang.Baca: Survei SMRC: Elektabilitas Jokowi-Maruf Amin 60,4%, Prabowo-Sandiaga 29,8%
Baca: SMRC Nilai Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet Tak Otomatis Untungkan Jokowi
Hal itu tak lain dan tak bukan karena persaingan yang begitu ketat, dan salah satau nama yang mungkin cukup berjaya pada era ini adalah Xiaomi.
Pada tahun 2018 ini merek satu ini secara signifikan cukup berpengaruh di pasar smartphone internasional.
Namun sayang, dengan dominasinya, beberpa merek lain justru harus tumbang kerena keganaasan Xiaomi.
Mengutip South China Morning Post, ada sekitar 500 merek smartphone di China pada beberapa tahun lalu, tetapi jumlah itu telah berkurang hingga mendekati 100.
Hingga saat ini empat perusahaan terlaris adalah Huawei, Xiaomi, Oppo dan Vivo yang menyumbang lebih dari 45 persen pangsa pasar di Tiongkok.
Lin Renxiang, seorang analis dari perusahaan riset China iResearch, mengatakan bahwa beberapa merek gulung tikar karena dominasi merek tertentu.
"Merek yang lebih kecil dijual dengan baik di antara pelanggan tanpa banyak pengetahuan tentang merek besar," kata Lin.
Baca: Musriyanto, Pustakawan Unaja Ini Mendapatkan Penghargaan dari Pemerintah Provinsi
Baca: Imunisasi MR di Jambi Injak Angka 70 Persen, Lebih Tinggi dari Nasional
"Dengan bantuan internet dan kampanye pemasaran intensif merek besar, semua orang tahu dan ingin membeli ponsel bermerek besar sekarang." tambahnya.
Menurut Ding Xiuhong, pendiri merek smartphone Dakele awal: "Kompetisi jauh lebih cepat dan lebih kejam dari yang kami harapkan".
Dakele mengatakan pada tahun 2016 pihaknya menangguhkan bisnisnya.
"Raksasa internet memasuki pasar, membuat persaingan menjadi pertempuran yang dapat menghabiskan uang paling banyak," Ding memposting di Weibo, layanan media sosial Twitter-seperti China.
Dakele didirikan pada tahun 2012 dan berbasis di Beijing dan negara tetangga Tianjin.
Itu membuat namanya memproduksi handset lebih murah dengan spesifikasi tinggi.
