Berawal Dari Kecemasan Soekarno, Proyek Nuklir Indonesia Jadi Bom untuk Hadapi Ancaman Musuh
Era tahun 1960-an, setiap negara-negara di dunia pastilah sedang dilanda kecemasan tingkat tinggi. Selesai dengan babakan neraka Perang Dunia II.
TRIBUNJAMBI.COM - Era tahun 1960-an, setiap negara-negara di dunia pastilah sedang dilanda kecemasan tingkat tinggi.
Selesai dengan babakan neraka Perang Dunia II, masyarakat dunia saat itu saban harinya harus berkeringat dingin mengingat perseteruan dua blok, Barat dengan Amerika Serikat (AS) dkk dan Timur dengan Uni Soviet.
Perseteruan keduanya semakin membuncah tatkala AS menguji coba bom hidrogen (termo nuklir) di Kepulauan Marshall, Samudera Pasifik tahun 1954, yang dibalas dengan uji coba super atom Tsar Bomba milik Soviet tahun 1961.
Terkhusus, uji coba termo nuklir AS membuat Indonesia sangat was-was, karena Kepulauan Marshall 'bersebelahan' dengan Indonesia bagian timur.
Takut kena radiasi, pikir si Bung Besar.
Tak berlarut-larut dalam kecemasannya, Soekarno kemudian mengeluarkan Keppres No.230/1954 yang isinya membentuk sebuah Panitia Negara.
Ditukip dari The State and the Reactor: Nuclear Politics in Post-Suharto Indonesia, Panitia Negara yang dimaksud adalah panitia Penyelidikan Radio-Aktif yang disahkan keberadaannya November 1954.
Panitia ini dipimpin oleh seorang ahli Radiologi 'anyar' karena baru saja selesai studi di London bernama G.A.Siwabessy.
Siwabessy dan tim bergerak cepat ke tempat-tempat terduga terpapar radiasi uji coba atom AS itu macam di Manado, Timor, dan Ambon.
Syukur, hasil olah tkp tim Siwabessy menunjukkan wilayah timur Indonesia aman dari radiasi nuklir.
Selesai dengan tugas perdananya, Siwabessy dan timnya menyarankan kepada pemerintah Indonesia untuk mulai melirik dan memanfaatkan nuklir untuk kepentingan nasional.

Reaktor Nuklir Indonesia di Serpong, Tangerang (Tribunnews via Grid.ID)
Saran tersebut diterima Soekarno dengan menindaklanjuti pembentukan Dewan Tenaga Atom serta Lembaga Tenaga Atom (LTA).
Tanpa menunggu waktu lagi, LTA yang juga diketuai oleh Siwabessy membuat sebuah rancangan jangka panjang (blue print) pengembangan nuklir nasional.
Baca: Menteri Susi Pudjiastuti Beri Jawaban Adem, Di Bully Soal Udud Bibir Item dan Cara Berdoa
LTA juga sangat dinamis serta aktif berkeliling dunia untuk mempelajari bagaimana sebuah negara mengelola nuklir.