Penyergapan di Kalsel, 13 Penerjun Melawan saat Disergap Tentara Belanda, Cikal Bakal Paskhas
Satu di antara yang legendaris saat penerjunan pasukan pertama kali di Kalimantan Selatan, 17 Oktober 1947. Cikal bakal Paskhas.
TRIBUNJAMBI.COM - Ketika mendengar kata Paskhas, hal yang paling melekat adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AD) kemampuan tempur. Ini merupakan satu di antara pasukan khusus yang menjadi andalan di berbagai misi dan operasi militer.
Pasukan khusus ini telah berhasil melakukan berbagai misi, di belantara maupun di tengah kepungan pasukan musuh.
Satu di antara yang legendaris adalah penerjunan pasukan pertama kali di Kalimantan Selatan. Peristiwa itu terjadi pada 17 Oktober 1947.
Saat itu, Gubernur Kalimantan, Ir Pangeran Muhammad Noor, mengajukan permintaan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) (Sekarang TNI AU) agar mengirimkan pasukan payung ke Kalimantan untuk tugas membentuk dan menyusun gerilyawan, membantu perjuangan rakyat di Kalimantan, sebagaimana dikutip dari wikipedia.
Selain itu, ada permintaan untuk membuka stasiun radio induk untuk memungkinkan hubungan antara Yogyakarta dan Kalimantan, dan mengusahakan serta menyempurnakan daerah penerjunan (dropping zone) untuk penerjunan selanjutnya.
Baca: Ini Nama-Nama yang Bakal Masuk Tim Pemenangan Prabowo-Sandiaga, Ada Presiden 2 Periode
Baca: Misi Rahasia, Tahu-tahu Suami di Pesawat Terbang, Mengungkap Kehidupan Istri Anggota Kopassus
Baca: Ledakan Keras di Depan Soekarno, Lumpur Dermaga Muncrat, Soekarno Tepuk Anggota Kopaska
Operasi lintas udara pertama dalam sejarah Indonesia
Atas inisiatif Komodor Udara Suryadi Suryadarma, kemudian dipilih 12 orang putra asli Kalimantan dan 2 orang PHB AURI untuk melakukan penerjunan.
Pada 17 Oktober 1947, tiga belas orang anggota berhasil diterjunkan di Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Antara lain Hari Hadi Sumantri (montir radio AURI asal Semarang), FM Soejoto (juru radio AURI asal Ponorogo), Iskandar (pimpinan pasukan), Ahmad Kosasih, Bachri, J Bitak, C Williem, Imanuel, Amirudin, Ali Akbar, M Dahlan, JH Darius, Marawi.
Saat itu, semua anggota itu belum pernah mendapat pendidikan secara sempurna kecuali mendapatkan pelajaran teori dan latihan di darat (ground training). Seorang lagi yang bernama Jamhani batal terjun karena takut.
Setelah mendapat personel, maka dimulailah operasi lintas udara pertama dalam sejarah Indonesia.
Pesawat Dakota
Rombongan itu diterjunkan dari pesawat C-47 Dakota RI-002 yang diterbangkan Bob Freeberg yang berkebangsaan Amerika sekaligus sebagai pemilik pesawat. Sebagai ko-pilot Opsir (U) III Suhodo, dan jump master Opsir Muda (Udara) III Amir Hamzah. Bertindak sebagai penunjuk daerah penerjunan yaitu Mayor (Udara) Cilik Riwut yang putra asli Kalimantan.

Pasukan ini awalnya akan diterjunkan di Sepanbiha, Kalimantan Selatan. Namun, akibat cuaca yang buruk dan kontur daerah Kalimantan yang berhutan lebat mengakibatkan Mayor (U) Cilik Riwut kebingungan saat memprediksi tempat penerjunan.
Setelah bergerilya di dalam hutan pada 23 November 1947, pasukan ini disergap tentara Belanda akibat pengkhianatan seorang kepala desa setempat.
Penyergapan itu mengakibatkan gugurnya Hari Hadi Sumantri, Iskandar dan Ahmad Kosasih. Sedangkan yang lainnya berhasil lolos namun akhirnya setelah beberapa bulan mereka berhasil juga ditangkap Belanda.