FOTO: Puluhan Kerbau Dibantai Secara Massal, Ini Tradisi Adat di Merangin, Semua Warga Dapat Daging

Bantai adat atau memotong sejumlah kerbau secara massal, merupakan tradisi yang masih dipertahankan

Penulis: Herupitra | Editor: Nani Rachmaini
tribunjambi/herupitra
Bantai adat ini dilakukan masyarakat Merangin untuk menyambut datangnya puasa. Kegiatan ini biasanya dilakukan dua atau tiga hari sebelum datangnya bulan Ramadan. Dari sekian banyak desa di Merangin yang masih melakukan tradisi ini, wilayah Tabir selalu semarak. Pada tahun 2018 ini ada sekitar 60 ekor kerbau dibantai secara bersamaan. 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Herupitra

TRIBUNJAMBI.COM, BANGKO – Bantai adat atau memotong sejumlah kerbau secara massal, merupakan tradisi yang masih dipertahankan masyarakat di beberapa desa di Kabupaten Merangin.

Bantai adat ini dilakukan masyarakat Merangin untuk menyambut datangnya puasa.

Kegiatan ini biasanya dilakukan dua atau tiga hari sebelum datangnya bulan Ramadan. Dari sekian banyak desa di Merangin yang masih melakukan tradisi ini, wilayah Tabir selalu semarak.

Pada tahun ini ada sekitar 60 ekor kerbau dibantai secara bersamaan.

Bantai adat ini dilakukan masyarakat Merangin untuk menyambut datangnya puasa. Kegiatan ini biasanya dilakukan dua atau tiga hari sebelum datangnya bulan Ramadan. Dari sekian banyak desa di Merangin yang masih melakukan tradisi ini, wilayah Tabir selalu semarak. Pada tahun 2018 ini ada sekitar 60 ekor kerbau dibantai secara bersamaan.
Bantai adat ini dilakukan masyarakat Merangin untuk menyambut datangnya puasa. Kegiatan ini biasanya dilakukan dua atau tiga hari sebelum datangnya bulan Ramadan. Dari sekian banyak desa di Merangin yang masih melakukan tradisi ini, wilayah Tabir selalu semarak. Pada tahun 2018 ini ada sekitar 60 ekor kerbau dibantai secara bersamaan. (tribunjambi/herupitra)

Sebelum kerbau disebelih secara massal, terlebih dahulu dilakukan acara adat. Acara adat diikuti oleh semua lapisan masyarakat yang digelar di tanah lapang.

“Sehari setelah acara adat digelar, baru kerbau yang telah dipersiapkan dibantai (sebelih). Kerbau-kerbau tersebut dibantai setelah subuh,” sebut Kholil warga setempat.

Ia mengatakan, tradisi bantai kerbau merupakan tradisi turun temurun masyarakat Tabir. Kegiatan tersebut dilakukan menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

“Biasanya dilakukan dua atau tiga hari jelang puasa. Tahun ini sekitar 60 lebih kerbau dibantai,” katanya.

Kerbau yang dipotong tersebut merupakan kerbau yang dibeli secara bersama-sama oleh masyarakat. Namun ada juga kerbau yang merupakan milik pribadi.

“Setelah dipotong dagingnya dibagi kepada warga yang bersama membeli kerbau itu. Tapi kerbau yang milik pribadi biasanya dagingnya dijual kepada masyarakat,” ujarnya.

Namun katanya, daging yang dijual tersebut jauh lebih murah dibanding dengan harga di pasar. Itu dilakukan untuk persiapan warga menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

“Jadi saat puasa pertama semua warga mendapat daging. Warga yang tidak mampu juga mendapat jatah diberi secara gratis,” sebutnya.

Dijelaskannya, prosesi bantai kerbau yang dilakukan secara bersama-sama itu. Semua warga mendapat peran dalam pemotongan tersebut.

“Biasanya yang melakukan penyembelihan adalah ulama atau imam,” jelasnya.(*)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved