Suparman, 23 Tahun Bergelut dengan Si Jago Merah, Pekerjaan yang Kerap Dicaci Warga
Tidak mudah menjadi sang penjinak si jago merah. Butuh latihan keras dan keberanian yang besar.
Laporan Wartawan Jambi, Samsul Bahri
TRIBUNJAMBI.COM - Tidak mudah menjadi sang penjinak si jago merah. Butuh latihan keras dan keberanian yang besar.
Mental pun ditempa melalui berbagai macam peristiwa kebakaran.
Dengan segala resiko yang ada, petugas pemadam kebakaran harus selalu siap, baik diri maupun keluarga.
Itu lah gambaran dari jiwa Suparman. Satu di antara petugas pemadam kebakaran di Kota Jambi.
Pria berusia 50 tahun yang memiliki istri bernama Martiani, dan dua anak laki-laki yaitu Aprian Pratama (23) dan Dimas Dwi (17) itu, sudah menjadi petugas pemadam kebakaran sejak 23 tahun lalu.
Pekerjaan ini dijalaninya setelah beberapa bulan ia menikah pada 1994.
Ia juga mendapat dukungan dari sang istri dalam bentuk istrinya tidak pernah mengeluh ataupun memintanya untuk berhenti dari pekerjaan tersebut.
Ia ingat saat kali pertama terjun ke daerah kebakaran, rasa was-was dan khawatir tetap timbul. Namun dengan tekad bulat, karena sudah tugasnya, ia mampu menjalani tugasnya dengan baik.
Sebelumnya ia ditempatkan di Pos daerah Angso Duo, tidak lama kemudian di pindahkan ke Damkar Simpang Kawat, dan saat ini menjabat Wakil Komando Pos di Talang Gulo.
Ia menceritakan bagaimana ia bergelut melawan si jago merah saat membantu evakuasi korban kebakaran.
Pernah di Muaro Jambi, tepatnya di daerah kumpeh, terjadi kebakaran di salah satu rumah warga. Saat itu malam hari, namun sayang mereka terlambat datang sehingga api telah melahap hampir seluruh rumah tersebut.
Masyarakat yang tak terima dengan keterlambatan tersebut melempar batu dan mencaci mereka.
Akibatnya mobil pemadam kebakaran rusak dan beberapa rekannya terluka.
Ia menjelaskan bahwa keterlambatan tersebut karena lokasi yang cukup jauh dan sulit dijangkau, ditambah lagi keadaan jalan yang rusak.